TRIBUNNEWS.COM - Hasil autopsi jenazah Prada Muhammad Indra Wijaya atau Prada Indra telah keluar dan terungkap penyebab kematiannya karena kekerasan.
Pada hasil autopsi ditemukan kekerasan dengan benda tumpul yang mengakibatkan organ dalam Prada Indra rusak.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispen AU), Marsma Indan Gilang Buldansyah menjelaskan dalam hasil autopsi ditemukan kekerasan dengan benda tumpul yang mengakibatkan organ dalam Prada Indra rusak.
"Berdasarkan hasil autopsi, meninggalnya Prada Indra Wijaya disebabkan oleh kekerasan (benda) tumpul pada perut yang menyebabkan kerusakan pada organ limpa," ujarnya pada Minggu (4/12/2022) dikutip dari Kompas.com.
Diketahui, Prada Indra merupakan prajurit TNI Angkatan Udara yang bertugas di Sekretariat Markas Komando Operasi Udara III atau Makoopsud III Biak, Papua.
Baca juga: Selain Prada Indra Wijaya, Enam Prajurit Seangkatannya Juga Jadi Korban Kekerasan Para Seniornya
Prada Indra menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh empat seniornya dan mengakibatkan Prada Indra meninggal dunia pada Sabtu (19/11/2022).
Indan Gilang mengatakan hasil otopsi ini telah diterima oleh pihak keluarga yang diwakili kuasa hukum Prada Indra.
Hasil autopsi ini akan diperiksa oleh penyidik dan dijadikan materi penyidikan.
"Hasil visum yang diterima Pom Koopsud III selanjutnya akan dijadikan materi penyidikan," terangnya.
Ia juga menambahkan empat senior yang melakukan kekerasan terhadap Prada Indra telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan.
"Hingga saat ini, Pom Koopsud III telah menetapkan empat tersangka atas meninggalnya Prada M Indra Wijaya, keempatnya telah ditahan untuk proses pemeriksaan lebih lanjut," terangnya.
Keempat tersangka tersebut adalah Prada SL, Prada MS, Pratu DD, dan Pratu BG.
Baca juga: Kematian Prada Indra Dianggap Janggal, Ahli Psikologi Forensik Minta Panglima TNI Turun Tangan
Motif tersangka
Para prajurit TNI AU yang telah menjadi tersangka tidak hanya melakukan penganiayaan terhadap Prada Indra.
Mereka juga menganiaya 6 teman seangkatan Prada Indra.
Marsma Indan Gilang mengatakan fakta ini terungkap setelah dilakukan penyelidikan.
"Pada penyidikan kasus meninggalnya Prada Muhamad Indra Wijaya, Pomau Koopsud III menemukan adanya tindakan kekerasan terhadap enam prajurit lainnya," jelasnya pada Sabtu (26/11/2022).
Keenam korban lain saat ini dinyatakan sehat meski menjadi korban penganiayaan.
Terkait motif penganiayaan, ia mengungkap jika para senior ini sedang menjalankan pembinaan disiplin.
Baca juga: Prada Indra Awalnya Dinyatakan Meninggal karena Dehidrasi Usai Futsal, Ternyata Kepalanya Berdarah
Keluarga curiga dengan kematian Prada Indara
Kakak Prada Indra, Rika Wijaya, menceritakan awal mula kecurigaan keluarga terkait penyebab kematian Prada Indra.
Hal itu bermula ketika keluarga menerima peti jenazah Prada Indra dalam kondisi digembok.
Pihak TNI AU juga memberitahu Prada Indra meninggal karena dehidrasi berat usai berolahraga, namun keluarga tidak percaya.
Ketika keluarga ingin membuka gembok tersebut, petugas TNI AU yang mengantar mengatakan tidak diberi kuncinya.
"Kejanggalannya adalah ketika kami membuka peti jenazah, pihak keluarga bertanya kunci gembok peti jenazah di mana. Beliau (perwakilan TNI AU) menjawab bahwa tidak diberikan kunci dari dari sananya, dari Biak sendiri enggak dikasih kunci," ungkapnya pada Rabu (23/11/2022), dikutip dari Kompas.com.
Keluarga pun berinisiatif membuka paksa gembok menggunakan palu.
Baca juga: Nasib 4 Prajurit TNI AU yang Diduga Aniaya Prada Indra hingga Tewas: Ditahan dan Terancam Dipecat
Ketika peti berhasil dibuka, keluarga kaget karena saat membuka kain kafan di bagian kepala keluar darah.
"Kami buka kain kafannya mulai dari bagian kepala. Nah mulai dari bagian kepala yang kami lihat adalah darah," tambahnya.
Dari kejanggalan awal ini, keluarga meminta untuk membuka seluruh kain kafan jenazah dan memastikan kondisinya secara keseluruhan.
"Akhirnya kita minta untuk dibuka seluruh bagiannya kemudian dibuka lagi bagian kain kafannya hingga seluruh badan," terangnya.
Dari situ, diketahui ada luka lebam dan diduga sayatan di bagian dada hingga perut.
(Tribunnews.com/Mohay/Dodi Esvandi) (Kompas.com/Ellyvon Pranita/Adhyasta Dirgantara)