TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Danau Toba merupakan danau hasil letusan gunung berapi yang maha dahsyat pada puluhan ribu tahun lalu. Konon, letusan Gunung Toba ini menjadi salah satu letusan gunung berapi terbesar di dunia yang menjadikan populasi manusia menurun drastis.
Hasil letusan gunung berapi super atau disebut juga dengan istilah supervolcano itu memunculkan Danau Toba yang menebarkan keindahan alam mempesona.
"Sebagai obyek wisata, Pemerintah menetapkan kawasan Danau Toba sebagai salah satu destinasi pariwisata super prioritas. Sejak penetapan 10 destinasi prioritas oleh Presiden Jokowi, perkembangan pembangunan di kawasan Danau Toba dari tahun ke tahun memang sudah terlihat, namun soal koordinasi antar pemerintah daerah belum dilakukan secara maksimal. Artinya pemerintah daerah di tujuh kabupaten masih jalan sendiri-sendiri," ujar pemerhati dan pelaku pariwisata Ir Sanggam Hutapea, MM, Rabu (21/12/2022) di Jakarta.
Menurutnya, pengembangan kawasan Danau Toba sebagai destinasi wisata internasional harus dilakukan secara terpadu dan terintegrasi di antara aspek pendukung lainnya.
Dia menilai akses ke Danau Toba di era pemerintahan Jokowi ini sudah sangat terbuka, karena pemerintah memberikan perhatian penuh dengan membangun jalan tol guna memperpendek jarak tempuh ke Danau Toba.
Demikian juga dengan pembangunan bandara Internasional Silangit di Siborong-borong Tapanuli Utara, yang makin mendekatkan wisata langsung menikmati keindahan kawasan Danau Toba.
Baca juga: VIDEO Kemenparekraf Dongkrak Kunjungan Wisata Danau Toba Lewat Event F1 H20
Sanggam Hutapea pun menilai akses transportasi di danau juga sudah membaik dan memadai, apa lagi dengan kehadiran beberapa kapal penyeberangan yang diluncurkan di beberapa lokasi, seperti kapal penyeberangan dari Tigaras Kebupaten Simalungun ke Samosir, penyeberangan dari Muara ke Samosir, penambahaan kapal penyeberangan dari Ajibata ke Ambarita Samosir, serta ketersediaan kapal-kapal milik pengusaha lokal yang sudah memenuhi syarat laik berlayar.
"Akan tetapi, sarana dan prasarana tidak serta merta mampu mendatangkan wisatawan, sebab kawasan Danau Toba sebagai obyek yang diandalkan menjadi daya tarik masih saja monoton hanya mengandalkan keindahan alamnya saja," ujarnya.
Sanggam Hutapea pun menyoroti salah satu penyebabnya yakni belum adanya produk wisata yang ditawarkan di Danau Toba.
Sejak pemerintah menetapkan Danau Toba sebagai salah satu destinasi wisata, sampai sekarang belum ada bentuk produk wisata di kawasan Danau Toba yang dimunculkan sebagai usaha memberikan nilai tambah.
Apa sebenarnya produk wisata Danau Toba, apakah keindahan alam, kuliner, budaya, atau yang lain? Kalau kita putuskan produk wisata Danau Toba adalah keindahan alam, maka dititik-titik mana wisatawan harus dibawa. Kalau produk wisata budaya, tentu budaya seperti apa yang akan ditonjolkan.
Di kawasan Danau Toba juga belum ada tempat kuliner bagi wisatawan untuk menimati suasana kawasan Danau Toba. Dia mencontohkan di Bali ada Jimbaran tempat wisatawan makan malam di tepi pantai, dan pada saat makan malam, wisatawan disungguhi tari tarian tradisional dan alunan lagu-lagu.
Fasilitas yang begini belum ada di kawasan Danau Toba. Padahal, banyak lokasi di kawasan Danau Toba yang bisa dibenahi sebagai tempat kuliner.
“Jadi perumusan produk wisata Danau Toba ini harus dibicarakan seluruh pemerintah daerah supaya semua ambil bagian dan semua merasa memiliki. Begitu kita bicara produk maka masyarakat pasti terlibat," tandasnya.