Laporan Wartawan Tribunsolo.com, Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM, BOYOLALI - "Prinsipnya kalau kita tidak bergerak, nanti yang banyak bergerak itu adalah importir."
Kalimat tersebut seolah menjadi 'mantra' tersendiri dari seorang Noviyanto, pria 33 tahun Founder Pabrik Keju Indrakila, yang terletak di Boyolali, Jawa Tengah.
Dirinya dan usaha lokalnya tersebut terus bertahan, berjibaku dalam dinamika pasar saat ini.
Tetap kokoh berdiri, walaupun digempur pandemi Covid-19 serta wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Noviyanto dan Keju Indrakila terus berkarya, berinovasi, serta semangat berkolaborasi dengan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Berawal dari Modal Rp240.000
Pabrik Keju Indrakila bukan pemain baru dalam produsen keju lokal.
Usaha tersebut berawal 13 tahun yang lalu, saat itu tahun 2009, Noviyanto berkesempatan menjadi asisten seorang ahli produksi olahan susu dari Jerman, Benjamin Siegl.
Benjamin Siegl merupakan seorang tenaga ahli di lembaga pembangunan Jerman The Deutscher Entwicklungsdienst (DED).
Dirinya ditugaskan membantu mencari solusi pengelolaan susu Boyolali.
Noviyanto pun memanfaatkan jalan terang tersebut, termasuk potensi Boyolali sebagai Kota Susu, daerah penghasil susu sapi terbesar se-Jawa Tengah.
Pengalaman dan ilmu pun didapatkan Noviyanto, dan dengan modal awal Rp240.000 dirinya berani mengembangkan Pabrik Keju Indrakila, di sebuah rumah sederhana Jl Profesor Soeharso Nomor 41, Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali.
Dan akhirnya bertahan hingga saat ini, satu dekade lebih.