TRIBUNNEWS.COM - Berikut fakta-fakta mengenai pengurus Panti Asuhan di Palembang yang menganiaya anak asuhnya.
Sebelumnya viral beredar video di sosial media yang memperlihatkan tindakan dan perlakuan arogan dari diduga seorang pengurus panti asuhan terhadap anak pantinya.
Kejadian tersebut terjadi sekitar satu atau dua minggu yang lalu, disebut - disebut tepatnya di Panti Asuhan Fisabillillah Al Amin, Palembang yang berada di jalan Mangkubumi, 3 Ilir, Ilir Timur II, Palembang, Sumatera Selatan.
Pengurus panti asuhan tersebut diketahui bernama Hidayatullah, dikutip dari Tribunsumsel.com.
Dalam vide tersebut, ada beberapa adegan pemukulan yang dilakukan oleh Hidayatullah dengan angle dan situasi yang berbeda.
Selain melakukan pemukulan, Hidayatullah juga melontarkan kata-kata kasar kepada anak pantinya tersebut.
Baca juga: Gara-gara Masalah Sepele, Ibu Aniaya Anak hingga Tewas di Jambi, Korban Ditinggal setelah Dipukuli
Dari video yang beredar itu, terlihat lebih banyak anak laki-laki yang mendapat perlakuan kasar dari Hidayatullah.
Atas tindakannya tersebut, Hidayatullah ditahan oleh pihak kepolisian.
Berikut fakta-fakta yang dihimpunTribunnews.com mengenai kasus penganiayaan terhadap anak di panti asuhan Palembang yang dilakukan Hidayatullah:
1. Hidayatullah Merupakan Ketua Panti Asuhan
Hidayatullan yang melakukan kekerasan terhadap anak pantinya itu merupakan Ketua Panti Asuhan Fisabilillah Al Amin.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh istri Hidayatullah, Rina yang merupakan pengurus panti juga.
"Benar Bu, kejadiannya itu sekitar satu atau dua Minggu yang lalu, untuk pastinya kapan saya juga tidak tahu."
"Pria itu merupakan suami saya Hidayatullah dia ketua pengurus di asrama di sana," ujar Rina, Minggu (26/02/2023).
2. Pernah Alami Gangguan Jiwa
Rina mengatakan bahwa Hidayatullah pernah mengalami gangguan kejiwaan selama kurang lebih empat tahun.
"Suami saya pernah alami gangguan kejiwaan dan kurang lebih satu tahun ini sudah sembuh, hanya saja sifat temperamennya masih tinggi," tambahnya.
Sifat tempramental yang dimaksudkan Rina tersebut seperti berkata kasar, main tangan terhadap orang, dan tidak ingat dengan apa yang sudah diperbuat sebelumnya.
"Nah tapi setelah apa yang ia lakukan, dia baru sadar dan pasti meminta maaf kepada anak-anak itu," tambahnya.
3. Sudah Damai dengan Pihak Keluarga
Pihak keluarga korban dan Hidayatullah, kata Rina sudah ada perdamaian atas kejadian tersebut.
Dari kejadian itu, dua anak menjadi korban pemukulan Hidayatullah.
"Itu ada dua anak, yang satu yatim (cacat) dan yang satu lagi orang tuanya masih ada."
"Kita sudah ada kesepakatan perdamaian pada Rabu 2 Febuari kemarin dengan keluarganya. Anak itu juga sudah diambil orang tuanya," kata Rina.
4. Pengakuan Tetangga
Tetangga Hidayatullah, Sugi menyatakan bahwa dirinya terkejut saat tahu Hidayatullah dibawa oleh polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut karena penganiayaan yang dilakukannya.
"Kaget banget si dengar kabar ini, karena setau kami juga dia biasa saja. Dan saya taunya baru subuh tadi pas mau sholat subuh, benar-benar kaget si sampai ada polisi juga yang datang," ujarnya di lokasi, dikutip dari Tribunsumsel.com.
Berdasarkan keterangan Sugi, cara Hidyatullah mengasuh anak di panti memang keras suaranya, tetapi hal tersebut dilakukan jika anak di pantinya melakukan kesalahan.
Mengenai sifat termpramen Hidayatullah, Sugi mengatakan hal tersebut tidak terlihat dan kegiatannya hanya biasa saja.
Baca juga: Detik-detik Mario Dandy Aniaya David, Korban Disuruh Push Up 50 Kali hingga Ucapkan Kata Kasar
"Kalau tempramen itu ngga kelihatan, kegiatannya juga biasa saja."
"Tapi kalau ke anak asuhnya memang agak tempramen agak keras kalau anak itu salah. Dan kalau untuk main tangan itu ngga pernah lihat," ujarnya.
Selanjutnya, Sugi menerangkan juga anak-anak panti tidak pernah terdengar menangis setelah dimarahi Hidayatullah.
Selain itu, Sugi tidak pernah melihat bahwa Hidayatullah main tangan dengan anak-anak panti.
"Anak-anak panti itu ngga pernah nangis kalau abis dimarahin, mereka cuma diem aja," ungkapnya.
5. Punya Puluhan Anak Didik di Panti Asuhan
Panti Asuhan Fisabillillah Al Amin, Palembang diketahui dihuni oleh 18 orang anak.
Salah satu pengurus panti, Meli (49) mengatakan bahwa panti asuhan tersebut sudah berdiri sejak 2009.
"Panti asuhan ini sudah ada dari tahun 2009 sejak diresmikan, dulu ada di bawa sana dan sekarang pindah ke sini (tempat terjadinya penganiayaan)," ucap Meli.
Kemudian, total keseluruhan anak panti berjumlah 39 orang tetapi yang tinggal di dalam panti hanya 18 orang anak.
"Untuk keseluruhannya itu ada 39 orang tapi yang tinggal di panti ini hanya ada 18 orang, 10 perempuan dan 8 laki-laki."
"Untuk sisanya itu ada yang tinggal bersama keluarganya di satu Ilir dan ada juga yang di tiga Ilir," tambahnya.
Baca juga: Ibu di Jambi Ditahan Polisi Karena Aniaya Anak hingga Tewas: Korban Tidak Isi Air ke Ember
Mengenai anak-anak yang berada di luar panti itu sebagian besar memang masih ada keluarga dan tinggal bersama keluarganya.
Namun, Meli mengatakan nanti setiap Jumat mereka akan datang ke panti dan untuk mengaji.
Karena tidak muat di rumah panti, ke 21 anak tersebut pulang ke rumahnya masing-masing. Dan pembinaannya masih dilakukan oleh panti Fisabillillah Al Amin.
Meli mengatakan mereka di sini hanya untuk pembinaan saja, dan kalau kegiatan sudah selesai mereka pulang ke rumahnya masing-masing.
Pembinaan itu dilakukan jika ada kegiatan, malam Jumat, ataupun kegiatan mengaji di panti. Karena di sini, kata Meli hanya ada dua pembinaan yakni pembinaan dalam dan pembinaan luar.
"Kalau yang viral itu ada dua kan yang satu itu (menunjukkan ke arah anak yang alami disabilitas) dan yang satunya itu sudah pulang," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Rifqah) (Tribunsumsel.com/Fransiska Kristela/Thalia Amanda Putri)