TRIBUNNEWS.COM - Yayasan Dana Kemanusian Kompas (YDKK) dan Forum Tembang Tidar (FTT) bersama-sama melanjutkan Program Jamban Aman Keluarga tahap kedua di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Tahap kedua Program Pembangunan Jamban Aman Keluarga dilakukan di Dusun Sidotopo, Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara.
YDKK dan FTT menyepakati Program Jamban Aman Keluarga di 11 Kelurahan di Kota Magelang.
Setidaknya 83 jamban individu dan 56 saluran rumah (SR) akan dibangun ke sistem IPAL Domestik Kota Magelang.
Tahap pertama program tersebut telah selesai dilaksanakan di Kelurahan Panjang, Kecamatan Magelang Tengah yang meliputi pembangunan 18 jamban individu dan 24 saluran rumah (SR) ke sistem IPAL Domestik Kota Magelang.
Program ini didanai oleh donasi dari pembaca Harian Kompas yang dikelola oleh YDKK.
Pelaksanaan Program Jamban Aman Keluarga tahap kedua ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara YDKK dan FTT pada Jumat (17/3/2023), di Dusun Sidotopo, Kelurahan Kedungsari.
Penandatanganan dilakukan oleh Ketua YDKK Gesit Ariyanto dan Ketua FTT Untung Argo.
Turut menandatangani MoU antara lain Ketua Bappeda Kota Magelang Handini Rahayu dan Regional Manager USAID IUWASH Tangguh Jawa Tengah Jeffry Budiman sebagai pihak-pihak pendukung.
Acara penandatanganan MoU tersebut dihadiri antara lain Wakil Wali Kota Magelang M Mansyur, sejumlah kepala dinas, camat, lurah di lingkungan Kota Magelang, sukarelawan FTT, dan sejumlah warga.
Wakil Wali Kota Magelang M Mansyur menyampaikan rasa syukurnya atas berjalannya Program Jamban Aman Keluarga ini.
“Kami berharap kolaborasi ini bisa mengatasi sebagian masalah di Kota Magelang khususnya terkait sanitasi aman,” ujarnya.
Ia menambahkan, pemerintah Kota Magelang berupaya agar semua warga punya sanitasi yang baik.
Oleh karena itu, bantuan YDKK diharapkan bisa memotivasi jajaran Pemkot Kota Magelang, pihak swasta, dan warga untuk berkolaborasi memperbaiki sanitasi di Kota Magelang.
Sanitasi yang baik akan mencegah penyakit, mencegah kekurangan gizi pada anak, mengembalikan kondisi air tanah, mengurangi pencemaran limbah domestik, dan mengatasi stunting.
Sementara itu, Ketua YDKK Gesit Ariyanto mengatakan, persoalan sanitasi sebenarnya sudah menjadi perhatian pemerintah dan pihak lain sejak lama.
Tetapi, sampai sekarang persoalan ini belum bisa diselesaikan seluruhnya.
Perilaku buang air sembarangan masih ada dan terjadi di banyak tempat.
“Kami senang melihat pemerintah dan warga Kota Magelang menaruh perhatian pada persoalan sanitasi aman dan mengajak berbagai pihak untuk mengatasi persoalan ini bersama-sama dengan semangat kolaborasi,” ujar Gesit.
Tiga tahun terakhir ini, tambah Gesit, YDKK juga memberi perhatian pada isu kesehatan khususnya sanitasi karena hal ini berdampak serius bagi kesehatan masyarakat.
Sanitasi yang memadai akan menciptakan lingkungan yang lebih baik dan sehat. Anak-anak pun terbebas dari aneka penyakit yang disebabkan sanitasi buruk, seperti kekurangan gizi yang memicu stunting.
Sejauh ini, dalam kurun waktu 2021-2023, YDKK telah menjalankan program perbaikan sanitasi lingkungan berupa pembangunan akses air minum dan jamban sehat keluarga di beberapa daerah antara lain Kelurahan Pucungrejo, Kabupaten Magelang; Kelurahan Sukun dan Tunjungsekar, Kota Malang; Kelurahan Mojo, Kota Surakarta; dan Kota Magelang.
Sekilas mengenai Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (DKK)
Dana Kemanusiaan Kompas (DKK) adalah lembaga filantrofi media yang didirikan oleh Jakob Oetama dan P.K Ojong (founders Kompas Gramedia). DKK bertransformasi menjadi Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas sejak 2011.
Cikal bakal DKK dimulai pada 1966 ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin, mengajak media massa memberikan sekaligus mengumpulkan dana dari masyarakat untuk membantu masyarakat miskin.
Pemicu lainnya adalah penggalangan dana melalui dompet pembaca Harian Kompas untuk membantu korban banjir di Solo tahun 1966.
Sejak 1982, DKK tidak hanya mengumpulkan dana tetapi juga terjun langsung menyalurkan dana kepada korban bencana letusan Gunung Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kegiatan mengumpulkan dan menyalurkan dana pembaca secara langsung kepada korban bencana selanjutnya menjadi pola kerja standar DKK saat terjun ke berbagai peristiwa bencana yang meliputi bencana alam, bencana akibat konflik, dan bencana kemanusiaan.
Pengumpulan dan penyaluran dana terbesar dilakukan ketika terjadi bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatera pada 2004-2005.
Selain terjun ke lokasi-lokasi bencana, DKK juga aktif menyalurkan dana bantuan pembaca untuk menanggulangi masalah kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan.
Program-program besarnya antara lain operasi katarak untuk 10.000 warga tidak mampu, pembangunan sarana fisik pendidikan, pembangunan fasilitas sanitasi dan sebagainya.
Awalnya, penggalangan dana DKK melalui Dompet Kemanusiaan Kompas yang berada di bawah naungan Harian Kompas.
Para relawannya meliputi wartawan dan karyawan Harian Kompas dari berbagai divisi.
Pada perkembangan selanjutnya, penggalangan dana juga dilakukan oleh unit usaha lain di bawah Kompas Gramedia seperti KompasTV, penerbit Gramedia Pustaka Utama, dan Universitas Multimedia Nusantara.
Para relawannya kini tidak hanya karyawan Harian Kompas tetapi juga karyawan-karyawan dari berbagai unit usaha Kompas Gramedia yang tergabung dalam Forum Komunikasi Daerah (FKD).
Alamat Yayasan DKK - Gedung Kompas Gramedia, Unit 2 Lantai 3, Jl. Palmerah Selatan No. 22-28, Jakarta 10270. Telp. 021-5364415
(*)