News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hilirisasi Komoditas Lokal Papua Harus Ramah Lingkungan

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Theresia Felisiani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Eko Sri Haryanto, di sela acara Workshop Nasional Pengelolaan Program Tekad di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR – Hilirisasi produk lokal Papua termasuk salah satu prioritas Program TEKAD.

Kendati demikian proses hilirasasi produk lokal Papua ini harus ramah lingkungan.

“Hilirisasi komoditas potensi lokal di Papua akan mampu meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat. Hanya saja proses hilirisasi tersebut tidak boleh memicu kerusakan lingkungan. Di sinilah peran penting intervensi program Green Economy Growth (GEG) untuk seiring sejalan dengan Program TEKAD,” ujar Direktur Jenderal Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (PPDT) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT), Eko Sri Haryanto, di sela acara Workshop Nasional Pengelolaan Program Tekad di Denpasar, Bali, beberapa waktu lalu.

Eko mengatakan upaya melakukan hiliriasasi komoditas lokal termasuk di Papua sangat penting untuk dilakukan.

Dengan hilirisasi ini setiap komoditas lokal tidak sekadar dijual berupa bahan mentah, tetapi terlebih dahulu diolah sedemikian rupa sehingga memberikan nilai tambah.

“Jika dilakukan hilirisasi maka komoditas lokal akan memberikan harga jual yang lebih memadai. Jika ini terealisasi maka akan terjadi penyerapan tenaga kerja hingga pada akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah,” katanya.

Eko mengungkapkan saat ini banyak komoditas lokal Papua yang potensial menjadi primadona pasar.

Komoditas tersebut di antaranya kopi, kakao, rumput laut, sagu, ecowisata, produk olahan kelapa, pala dan produk olahan lainnya.

“Pengelolaan komoditas lokal Papua ini harus dari hulu ke hilir. Dari mulai menanam bibit hingga panen. Dari proses memelihara hingga menjual karena seringkali terjadi ketika masyarakat bisa memproduksi, belum tentu bisa menjual,” katanya.

Ilustrasi biji kopi. Kopi termasuk komoditas lokal Papua yang potensial menjadi primadona pasar.

Eko mencontohkan proses hilirisasi komoditas kopi yang menjadi salah satu unggulan Papua.

Sebelum ada hilirisasi, kopi dijual petani sebelum ada pengolahan lebih lanjut.

Setelah ada intervensi program GEG petani mendapatkan berbagai alat penunjang pengolahan kopi seperti unit mesin pulper, gergaji pangkas, gunting pangkas dan lainnya.

“Lalu, sebanyak 167 petani mendapatkan pelatihan business plan, olahan dan mutu pasca panen, penggunaan mesin pengupas dan perawatan tanaman kopi,” katanya.

Proses hilirisasi komoditas lokal tersebut, lanjut Eko memberikan dampak nyata di mana saat ini produk kopi Papua bisa dihargai secara layak.

Baca juga: Menpora Kunjungi Festival PON XX Kopi Papua dan UMKM di Kota Jayapura

Petani kopi binaan GEG misalnya telah berhasil menjual 8,5 ton kopi green bean, dan terhubung dengan 17 cofee shop.

“Hilirisasi ini juga dilakukan sedemikian rupa sehingga bebas dari emisi karbondioksida terhadap lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial,” katanya.

Untuk diketahui, Workshop nasional Program Tekad ini bertujuan untuk menyamakan persepsi guna meningkatkan sinergitas untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang lebih baik sekaligus penegasan komitmen dan peran aktif baik dari Pemerintah Pusat maupun Daerah dalam mendorong keberhasilan Program Tekad. Workshop ini digelar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) bersama International Fund For Agricultural Development (IFAD).

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini