Laporan Wartawan Tribunsumsel.com, Linda Trisnawati
TRIBUNNEWS.COM - Kasus ibu hamil meninggal di Musi Rawas Utara (Muratara) mendapat sorotan dari Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Herman Deru.
Korban meninggal saat akan melahirkan diduga karena kesalahan bidan dan perawat Puskesmas Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Muratara.
Kasus ini menjadi viral setelah suami korban menuliskan kronologi istrinya dan bayi yang dikandung meninggal di media sosial Facebook.
Menindaklanjuti kasus ini, Herman Deru mengirim tim khusus untuk melakukan investigasi penyebab kematian ibu dan bayi dalam proses menunggu persalinan di Muratara.
Baca juga: Bidan di Sumsel Diduga Lakukan Kesalahan yang Mengakibatkan Ibu Hamil Meninggal, Terancam Disanksi
Tim investigasi dikepalai oleh Kadinkes Sumsel, dengan Wakilnya Dirut Rumah Sakit Mohammad Hoesain Palembang, Direktur RS Siti dan Fatimah Palembang.
Untuk tim investigasi ini juga melibatkan instansi terkait lainnya seperti dari Inspektorat, Biro Hukum, dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Sumsel.
"Saya beri waktu satu minggu untuk melakukan investigasi, terkait hal tersebut. Kepada bupati apapun hasil investigasi nantinya jika ditemukan kelalaian maka para Nakes harus diberikan sanksi agar kasus serupa tidak terulang," ungkap Deru saat di Kantor Gubernur Sumsel, Rabu (31/5/2023).
Deru pun mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan Bupati Muratara Devi Suhartoni. Jangan karena individu tertentu, nama Nakes tercoreng.
"Berdasarkan cerita dari Nakes pasien tersebut sudah sering bolak-balik memeriksakan kandungannya ke Puskesmas Pauh dan sempat disarankan melakukan persalinan di rumah sakit," katanya
Hal itu lantaran, kondisi bayi di dalam kandungannya memiliki bobot yang besar sedangkan, tubuh pasien kecil sehingga perlu proses persalinan khusus.
Baca juga: Viral Suami di Sumsel Curhat Istri Meninggal saat Akan Melahirkan: Bidan Sama Perawat Tidur
"Saya juga titipkan pertanyaan untuk investigasi kenapa saat itu tidak dibawa langsung ke RS," kata Deru.
Sementara itu Bupati Muratara Devi Suhartoni mengatakan, dari hasil investigasi sementara ternyata sebelum ibu itu melahirkan, Nakes sudah merawat ibu hamil tersebut.
"Ibu tersebut memiliki risiko tinggi, sehingga Nakes menyarankan proses persalinan dilakukan di Rumah Sakit yang ada Spesialis Obstetri dan Ginekologi (SpOG)," katanya
Devi berjanji jika memang ditemukan proses kelalaian Nakes maka pihaknya akan mengambil tindakan, tetapi tunggu hasil investigasi terlebih dahulu.
"Saat ini tidak ada proses hukum. Kita telah berkoordinasi dengan keluarga dari korban untuk melakukan mediasi lebih lanjut mengenai penyelesaian kasus yang ada," katanya
Menurutnya, sejauh ini tidak ada yang diberhentikan, Nakes nya juga masih kerja sembari masih dilakukan proses investigasi.
Baca juga: Cerita Bidan Bawa Ibu Hamil yang Tinggal di Pedalaman Papua ke RS, Ungkap Harapannya pada Pemerintah
Kronologi Versi Suami Korban
Kejadian tersebut viral di media sosial setelah diungkap oleh suami pasien yang mengeluhkan pelayanan puskesmas Pauh di Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Muratara, Sumatera Selatan.
Sang istri meninggal dunia setelah kondisinya semakin lemah karena terlambat mendapatkan pertolongan medis.
Diduga istri dari pria yang curhat itu meninggal dunia akibat kelalaian oknum petugas atau bidan di Puskesmas Pauh, Muratara.
Peristiwa itu, menurut Lika Santosa terjadi pada Selasa 9 Mei 2023 lalu.
Dalam keterangan di sosial media yang beredar, kejadian itu bermula ketika istrinya hendak melahirkan masuk ke Puskesmas sekitar pukul 22.00 WIB karena sudah pecah ketuban.
Namun saat tiba di puskesmas Pauh hingga Rabu 10 Mei 2023 sekitar pukul 01.00 WIB belum juga melahirkan.
"Tika/istriku akan melahirkan masuk puskesmas Pauh jam 10 lewat, jam 1 setengah lewat istriku pecah air ketuban, sampai jam 2belum juga lahir, jam 2 belum juga lahir," tulisnya pada unggahan akun instagram @palembanginside, pada Senin, (29/5/2023).
Baca juga: Viral Video Bidan Bawa Ibu Hamil ke RS di Papua, Naik Perahu hingga Tempuh Perjalanan Belasan Jam
Mirisnya, setelah beberapa jam menunggu, istrinya ditinggal oleh petugas di ruang persalinan dengan alasan hendak tidur dulu sebentar.
Hal ini lah yang membuat Lika menyayangkan sikap bidan dan perawat yang menelantarkan istrinya di ruang persalinan.
"Jam 3 lewat bidan ngomong dia mau tidur dulu. Istriku dibiarkan, perawat di ruang persalinan, bidan sama perawat tidur," ungkapnya.
Ia lantas menegur petugas medis di puskesmas tersebut dan meminta segera menangani kondisi istrinya yang semakin lemah.
"Baru mereka keluar, ngomong sama mertuaku di dalam ruang persalinan, katanya bicara aku menyinggung, bahkan mertua yang menenin di ruang persalinan disuruh bidan keluar (kata bidan 'gak bisa bantu keluar aja')" ujar sang suami.
Lebih lanjut, Puskesmas Pauh baru memberikan rujukan ke Rumah Sakit Ar Bunda Lubuklinggau setelah pukul 05.00 WIB.
Namun setelah ke Lubuklinggau, nyawa ibu dan anak tidak dapat ditolong. sang istri dan anaknya pun meninggal dunia.
Atas kejadian tersebut, Lika mengaku keceawa atas kelalaian bidan Puskesmas Pauh yang tak sigap menangani pasiennya.
"Kejadian ini membuat aku measa kecewa sekali dengan kelalaian bidan puskesmas Pauh. Seharusnya jika memang gak bias dilahirkan di puskesmas Pauh, bidan cepat-cepat mengambil tindakan rujukan, bukan teriak nunggu," ungkap Lika.
Ditambah dirinya menyayangkan sikap bidan yang menelantarkan istinya demi mementingkan hal pribadi.
"Bahkan sampai keluar ruangan persalinan ninggalin istriku di dalam, bidan masuk ruangan depan ngomong ngantuk mau tidur sebentar," keluhnya.
"Kejadian ini sebuah kelalaian bidan puskesmas. Memang ajal gak ada yang tahu tapi perawatan bidan itu tidak puas, cuma Allah yang tahu," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunSumsel.com dengan judul Gubernur Sumsel Turunkan Tim Investigasi Usut Kematian Ibu Saat Hendak Melahirkan di Muratara