Hasiolan EP/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terdaftar mengikuti Workshop Anti Nanggung yang memberi pelatihan manajemen risiko dalam proses usaha yang mereka lakukan.
Workshop rencananya akan digelar dalam rangkaian kegiatan yang bermula di Solo Raya sebagai pembuka.
Rangkaian acara selanjutnya akan diadakan secara bergantian di empat kota lain di Jawa Tengah, yaitu Semarang, Yogyakarta, Purwokerto, dan Tegal.
Total peserta yang terdaftar, 900 pelaku UMKM.
Pelatihan ini diinisiasi produsen obat-obatan Kalbe untuk mendukung dan memperkuat sektor UMKM di Indonesia, sejalan dengan program Pemerintah Indonesia, yakni Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Selain itu, kegiatan bertajuk Workshop Anti Nanggung Mixagrip ini juga mengedukasi sekaligus mengakomodir kebutuhan kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kondisi ekonomi.
“Hal ini sejalan dengan inisiatif keberlanjutan Kalbe, Bersama Sehatkan Bangsa. Selaras juga dengan visi dan misi kami, yaitu menjadi perusahaan yang inovatif dan terpercaya untuk kehidupan yang bermakna dengan menyediakan layanan terbaik dan menyediakan layanan solusi kesehatan yang terbaik dan terjangkau,” ujar General Manager Commercial Kalbe Consumer Health, Kustanto Pramono secara tertulis, Selasa (1/8/2023).
“Melalui program ini, juga kami mengajak para pelaku UMKM untuk menerapkan nilai-nilai pentingnya manajemen risiko sebagai upaya meningkatkan produktivitas dan kesuksesan di lingkungan bisnis masing-masing, agar profit yang dihasilkan bisa maksimal atau Anti Nanggung,” tambahnya.
Selain manajemen risko, kegiatan yang dilakukan dalam workshop ini ialah pemberian paket P3K untuk pekerja sesuai Permenaker; serta memberikan fasilitas konsultasi kesehatan kepada para pekerja UMKM secara online, bekerja sama dengan Klik Dokter.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KemenKopUKM) RI mendukung kegiatan ini.
Asisten Deputi Pengembangan Rantai Pasok Usaha Mikro KemenKopUKM, Sutarmo, mengatakan bahwa UMKM didominasi oleh kelas usaha mikro, yakni sekitar 64 juta pelaku usaha mikro atau 99,62 persen.
Pendekatan untuk menaikkan kelas atau meningkatkan pendapatan UMKM pun tidak bisa dengan mengembangkan per entitas bisnis pelaku usaha, namun dengan pendekatan kemitraan.
Sehingga, ke depan dapat tercapai peningkatan kelas dan memberikan nilai tambah untuk UMKM di Indonesia.