News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Soal Kasus Bunuh Diri di Semarang, Polda Jateng Larang Bagikan Konten hingga Kata Wali Kota

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(Kiri) Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita. (Kanan) Kepala Bagian Psikologi (PSI) Biro SDM Polda Jateng AKBP Novian Susilo.

Diketahui, dua kasus bunuh diri mahasiswa terjadi selama dua hari berturut.

Pertama mahasiswa berinisial NJW (20), Selasa (10/10/2023), lalu EN (24), Rabu (11/10/2023).

Di sekitar jasad keduanya pun ditemukan surat wasiat yang disinyalir ditulis oleh mereka sendiri.

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu (TRIBUN JATENG/TRIBUN JATENG/FRANCISKUS ARIEL SETIAPUTR)

Baca juga: Kasus Anak Bunuh Diri Bermunculan, Kak Seto: Kita Sudah Darurat Kekerasan Anak

Kata Wali Kota Semarang

Kejadian bunuh diri mahasiswa pun mendapatkan perhatian dari Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Mbak Ita.

Mbak Ita menyebut, peran keluarga sangat berpengaruh pada perkembangan generasi muda, terlebih untuk menyikapi persoalan yang dihadapi.

"Kalau saya melihat kasus ini, yang katanya ada surat dan sebagainya ini, kan artinya mereka mempunyai permasalah dalam internal keluarga atau kehidupan pribadinya," ujar Ita, sapaannya, Kamis (12/10/2023).

Mengutip TribunJateng.com, Mbak Ita meminta orang tua harus peka terhadap perkembangan anak.

Ia melanjutkan, di Kota Semarang sendiri sudah ada layanan konseling bernama Rumah Duta Revolusi mental (RDRM).

Namun, RDRM saat ini masih berfokus pada KDRT dan bullying di sekolah.

Pasalnya, ruang gerak Pemkot Semarang saat ini hanya menangani tingkatan sekolah hingga SMA.

"Untuk persoalan pada kasus mahasiswa, memang perlu dicari solusi bagaimana peran pemerintah, dari perguruan tinggi, dan lingkungan sekitarnya," ucapnya.

Ita menyebut, kolaborasi pihak terkait harus dilakukan untuk mencari solusi masalah ini, seperti pemilik kos, pihak kampus, hingga teman-teman mahasiswa.

"Sehingga, kasus seperti bunuh diri bisa dihindari. Karena mahasiswa ini tidak mesti warga Semarang, dan kebanyakan anak kos yang merantau dari daerah lain," katanya.

Ia pun mengajak orang tua untuk terbuka kepada anak, suapaya anak tak merasa sendirian dalam menghadapi masalah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini