TRIBUNNEWS.COM - Sebanyak 15 siswa SD di Yogyakarta diduga menjadi korban pencabulan seorang guru berinisial NB (22) yang statusnya pegawai tidak tetap.
Kasus ini telah dilaporkan ke Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polresta Yogyakarta.
Kasihumas Polresta Yogyakarta, AKP Timbul Sasana Raharja menyatakan petugas kepolisian masih menyelidiki laporan tersebut.
"Laporan sudah diterima, kami akan melakukan penyelidikan. Nanti kami informasikan," ungkapnya.
Ia belum menyakatan kapan pemeriksaan saksi-saksi dijadwalkan oleh penyidik.
Pelaporan itu dimulai dengan adanya aduan dari beberapa siswa-siswi yang mengaku telah dicabuli oleh terlapor NB.
Pihak sekolah pun kemudian melakukan penyelidikan internal, hingga akhirnya terkuak sejumlah fakta.
Korbannya, diduga merupakan siswa-siswi yang masih duduk di bangku kelas VI SD tersebut.
Total korban dugaan kasus pencabulan di lingkungan sekolah itu mencapai belasan anak.
Penasihat Hukum korban, Elna Febi Astuti, mengatakan terlapor merupakan seorang guru pengajar di sekolah itu.
Elna menyebut terduga pelaku menggiring siswa-siswinya untuk menyaksikan video agedan dewasa (pornografi).
Baca juga: Guru Ngaji di Natuna Jadi Pelaku Pencabulan, Pelaku dan Korban Kepergok di Kamar Mandi Masjid
Kemudian terduga pelaku melakukan aksi pencabulan berupa mengelus bagian vital dari para korbannya.
"Jumlah korbannya 15 anak. Perempuan dan laki-laki. Ada yang korban dielus-elus pakai pisau, dielus pahanya, terus diajak menonton video dewasa (pornografi), juga diajari bagaimana memesan open BO melalui aplikasi," kata Elna, ditemui seusai pelaporan di Mapolresta Yogyakarta, Senin (8/1/2024).
"Terlapor ini pengajar mata pelajaran konten kreator," sambung Elna.
Jumlah korbannya sebanyak 15 anak dengan rincian 9 murid perempuan, 6 murid lainnya laki-laki.
Dugaan kasus pencabulan ini terjadi sejak Agustus sampai Oktober 2023.
Kasus ini terungkap dari beberapa siswa yang mengadu ke salah satu guru.
Kemudian guru itu melaporkan ke kepala sekolah dan akhirnya dilakukan penyelidikan internal.
Baca juga: Sosok ZS, Pelaku Pencabulan Siswa SMP di Langkat, Korban Dicabuli di Rumah Dinas Wakil Bupati
"Proses pelaporan ini cukup berat dinamikanya. Makanya dari Agustus baru bisa melapor sekarang," terang dia.
Elna menyebut para korban dugaan pencabulan ini banyak yang mengalami trauma.
Mereka bahkan ada yang tidak mau masuk sekolah.
Korban seluruhnya merupakan siswa-siswi kelas VI SD yang rata-rata berusia 11 hingga 12 tahun.
Sementara pelaku sampai saat ini menurut Elna masih menyangkal atas perbuatannya.
"Pelaku sudah (dikonfrontir) sampai saat ini masih menyangkal," ujarnya.
Terduga pelaku ini merupakan laki-laki yang baru sekitar satu setengah tahun mengajar di SD tersebut.
"Status gurunya itu dia (bukan) pegawai tetap. Jadi ada pihak swasta yang menyumbangkan guru," ujarnya.
Baca juga: Tidak hanya untuk Mengancam, Video Rekaman Pencabulan di Rumah Dinas Wabup Langkat Diperjualbelikan
Terduga pelaku melakukan aksinya dijam pelajaran dengan disaksikan para murid lainnya.
"Jadi kami melapor. Laporan sudah diterima pihak kepolisian, ini nggak mudah karena kepala sekolah juga orangtua murid (korban)," tuturnya.
Elna mengungkapkan, beberapa alat bukti yang dijadikan dasar pelaporan yakni sebuah tulisan tangan dari korban berupa aduan dugaan perbuatan cabul oleh terduga pekaku.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Dugaan Pencabulan Belasan Siswa SD Swasta di Jogja, Anak Kepala Sekolah Turut Jadi Korban