Sebelumnya, dalam seminggu pesanan songkok yang masuk Yasir hanya 50 hingga 60 kodi saja, kini pesanan yang datang bisa mencapai 80 hingga 100 kodi setiap minggunya.
Pengiriman, jika di hari biasa hanya seminggu sekali, kini dalam seminggu bisa 3 kali kirim. "Dua bulan sebelumny hanya produksi 50 sampai 60 kodi, namun menjelang Ramadan dan sampai saat ini ini produksi naik, otomatis mengikuti permintaan menjadi 80 hingga 100 kodi," ungkapnya.
Serupa dialami pengrajin songkok lainnya yang ada di Desa Bojoasri ini, yaitu Hamzah. Ia mengaku kenaikan pesanan songkoknya sebanyak 900 kodi setiap bulannya.
Naiknya pesanan songkok ini juga berbanding dengan omset yang diperoleh para pengrajin ini. Hamzah mengaku mendekati Ramadab ini ia mendapatkan omset hingga Rp 200 juta atau mengalami peningkatan dari yang sebelumnya hanya Rp 70 hingga Rp 80 juta saja.
"Alhamdulillah Ramadan tahun ini mengalami peningkatan omset yang luar biasa," aku Hamzah.
Pesanan songkok asli dari Desa Bojoasri tidak hanya datang dari Lamongan saja. Para pengrajin songkok di desa ini pun mengirim songkok produksi mereka ke berbagai penjuru tanah air. Pulau Jawa, Kalimantan, Madura hingga Sumatera menjadi lokasi pengiriman songkok ini dengan harga yang bervariasi.
"Harga songkok mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 25 ribu tergantung bahan dan motif songkok," jelasnya.
Para pengrajin songkok Lamongan ini berharap, berkah Ramadan tahun ini menjadi momen bagi kebangkitan industri songkok rumahan seperti mereka.
Pasalnya, industri songkok rumahan yang ada di Desa Bojoasri ini sempat sepi karena pandemi Covid-19 pada dua tahun lalu.
Namun kini pesanan songkok sehat kembali. Jumlah orderan cukup banyak. Mereka terpaksa menambah tenaga kerja meski dilakukan musiman.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Berkah Ramadan 2024, Pengrajin Songkok di Lamongan Kewalahan Penuhi Pesanan, Omset Capai Rp 200 Juta