Camat Cisarua Heri Risnandar menerangkan warga Puncak Bogor menolak Patung Dewi Kencana karena tidak sesuai dengan kearifan lokal.
Kata Heri masyarakat Sunda atau Puncak Bogor merupakan bagian dari sejarah Kerajaan Pajajaran.
Sedangkan Dewi Kencana merupakan Ratu Kerajaan Majapahit.
Sebatas informasi bahwa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Pajajaran memiliki sejarah hitam.
Dua kerajaan ini pernah berperang yang dikenal sebagai Perang Bubat.
"Jadi masalah soal patung ini yang mungkin bisa jadi enggak sejalan dengan kearifan lokal, kita tahu Bogor merupakan bagian dari Jawa Barat dengan sejarah Pajajarannya. Sedangkan Dewi Kencana merupakan petinggi dari Kerajaan Majapahit," kata Heri Risnandar.
Penjelasan Patung Dewi Kencana Versi Pakis Hills
Humas Pakis Hills Jatnika menekankan bahwa Patung Dewi Kencana di Puncak Bogor sama sekali tak berkaitan dengan Kerajaan Majapahit.
"Tidak ada hubungan dengan Majapahit," katanya.
Dalam bentukannya, Patung Dewi Kencana dalam posisi tangan kirinya memegang pucuk daun teh.
Menurutnya hal tersebut melambangkan dukungan terhadap potensi wisata di Puncak Bogor.
"Sebagai pengusaha lokal, seharusnya orang lokal bangga jadi pengusaha di Puncak," katanya.
Abu Janda Singgung Kawin Kontrak
Sementara itu, aktivis kemanusiaan Permadi Arya atau karib disapa Abu Janda justru mendukung pihak Pakis Hills.
Abu Janda menyinggung soal dugaan prostitusi di wilayah Puncak Bogor.
"patung = haram, prostitusi berkedok kawin kontrak untuk tamu arab = harum