"Begitu juga saya dengan teman saya Kayla, kami terbawa arus dan tersangkut di kayu-kayu besar."
"Saat tersangkut itu, Kayla kakinya tersangkut kayu, saya bantu kemudian kami naik ke atap rumah warga dengan memanjat kayu-kayu besar yang tersangkut itu," sambungnya.
Meski telah selamat dan berhasil ke atap rumah warga, ia tetap merasa cemas karena melihat derasnya banjir yang membawa material besar seperti kayu dan batu yang menghantam rumah warga.
"Kayu dan batu besar menghantam rumah-rumah. Air semakin besar, sejumlah tiang listrik rubuh, kabel putus dan percikan api, trafo meledak gemuruh suara banjir bandang, tanah bergetar, orang-orang berteriak," ucapnya.
"Kami juga melihat rumah di depan surau yang hancur dihantam batu yang sangat besar, tapi kami tidak nampak orang di dalam rumah yang hancur itu," sambungnya.
Hingga pukul 00.30 WIB ia dan teman-temannya bertahan di atap rumah.
Setelah air surut, ia dan kawannya dievakuasi warga untuk turun dari ataap.
Saat ini Liviya dan Kayla masih berada di pos pengungsian SD 08 Kecamatan Canduang, ia mengalami sedikit luka ringan di bagian kaki dan pergelangan tangannya.
Warga Kehilangan Anggota Keluarga
Kisah berbeda datang dari warga lain bernama Karmila (40).
Baca juga: VIDEO Banjir Bandang di Sumbar Makan Korban, Menko PMK: Sudah Ingatkan Pemprov Sumbar
Ia kehilangan ibu dan keponakannya yang jadi korban saat banjir lahar dingin menyapu Nagari Bukik Batabuah, Sabtu (11/5/2024) malam.
Kepada TribunPadang.com, Kamila menceritakan bahwa saat itu ia sedang berada di rumahnya yang berlokasi beberapa meter dari rumah ibunya.
Rumah ibu dari Karmila sendiri posisinya berdekatan dengan aliran sungai.
"Saat banjir terjadi, ibu saya sedang berada dirumahnya yang berada di depan mushalla bersama adik saya. Sementara itu anak dan keponakan saya sedang rapat bersama pengurus di dalam mushalla," katanya, Minggu (12/5/2024).
Saat aliran muli meluap ke jalan, anak dan keponakannya langsung pulang, tapi pulang ke rumah ibunya.