TRIBUNNEWS.COM - Tambang emas tradisional yang berada di Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, longsor pada Minggu (7/7/2024).
Data sementara, 20 orang dilaporkan tewas akibat tragedi tersebut, sedangkan 51 lainnya hilang.
Peristiwa itu terjadi sekira pukul 03.00 Wita, saat korban tengah terlelap tidur.
Melansir TribunGorontalo.com, longsor menghantam titik tambang dan kamp para penambang.
"Jadi proses pengerjaan tambang itu dia nonstop, jadi mereka tidurnya di lubang tambang itu, mereka tidak tahu di luar itu malam atau siang," kata Komandan Regu (Danru) Tim Alpha Basarnas Gorontalo, Salama, Minggu.
Rusli Mamonto merupakan satu dari penambang yang selamat dari tragedi tersebut.
Ia menceritakan, saat longsor menerjang, ia dan rekan-rekannya sedang tidur di kamp.
"Itu kita kaget, kami sangka gempa," katanya, Senin (8/7/2024).
Ia kemudian berusaha membangunkan rekan-rekannya yang masih tidur.
"Karena kondisi gelap, kita tidak tahu mau kemana," jelasnya.
Senada dengan Rusli, Lukman yang juga selamat dari trgaedi maut itu menceritakan detik-detik mencekam saat longsor menghantam.
Baca juga: Daftar Nama 20 Korban Tewas dan 51 Hilang dalam Longsor Tambang Emas di Gorontalo
Menurut pria asal Kotamobagu, Sulawesi Utara itu, peristiwa terjadi begitu cepat.
"Kejadiannya begitu cepat. Batu tanah semua bergeser runtuh ke bawah," ungkapnya.
Beruntungnya, Lukman bersama dengan 11 rekan lainnya berhasil selamat.
Kondisi saat itu, lanjut Lukman, begitu mencekam.
Ada banyak orang yang meminta pertolongan di tengah timbunan tanah.
"Ada yang tertimpa pohon sampai tangannya robek, ada pula yang keberadaannya saat ini belum diketahui," tandasnya.
Sementara itu, akses ke lokasi kejadian menjadi kendala besar bagi Tim SAR melakukan evakuasi.
Selain itu, petugas dan relawan juga harus menghadapi cuaca hujan yang mempersulit pergerakan.
Kemudian, jarak lokasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) ke posko pencarian dan pertolongan (SAR) sekira 23,75 kilometer, melansir Kompas.com.
"Medannya sangat sulit dijangkau sehingga menghambat proses pencarian dan pertolongan, ada jembatan yang putus," ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Gorontalo, Heriyanto, Selasa (9/7/2024).
Diketahui, hujan deras mengguyur wilayah Desa Tulabolo Timur sejak Senin (8/7/2024) sekira pukul 01.00 Wita.
Hujan deras itu memicu banjir di sejumlah titik dan juga membuat tanah di sekitar lokasi tambang bergerak.
Tingginya intensitas hujan diduga memicu tanah longsor dan menimbun kawasan tambang emas sepanjang 150 meter tersebut.
20 Orang Tewas
Baca juga: Sosok Ibu dan Anak Korban Tewas Longsor Tambang Emas di Gorontalo, Buka Warung di Lokasi Kejadian
Diwartakan Kompas.com, hingga Selasa pagi, korban tewas akibat bencana longsor pertambangan emas ini mencapai 20 orang.
Sebanyak 46 orang selamat dan 51 orang lainnya masih dalam proses pencarian.
Bertambahnya jumlah korban meninggal ini setelah helikopter AW 169 dengan nomor register P-3304 bantuan Badan Pemelihara Keamanan (Baharkam) Kepolisian Republik Indonesia membawa 7 jenazah Selasa pagi.
Sementara, tim SAR gabungan membawa 2 jenazah yang ditandu melalui jalur darat.
Bertambahnya 9 jenazah pagi ini menambah jumlah korban meninggal dunia menjadi 20 orang.
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribungorontalo.com dengan judul Kronologi Longsor di Tambang Suwawa Gorontalo, Puluhan Warga Belum Ditemukan
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunGorontalo.com/Arianto Panambang, Kompas.com/Rosyid A Azhar)