News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

2 Guru MTI di Sumatera Barat Cabuli 40 Muridnya, Korbannya Laki-laki Semua dan Beraksi sejak 2022

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pencabulan

TRIBUNNEWS.COM - Dua oknum guru Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat diringkus polisi.

Dua pria berinisial AA (23) dan RA (29) tersebut dirungkus atas tindak pencabulan.

Korban dari perbuatan bejat keduanya adalah muridnya sendiri.

Kini, keduanya telah ditetapkan sebagai tersangka.

Kombes Yessi Kurniati selaku Kapolresta Bukittingi menuturkan, keduanya beraksi sejak tahun 2022 lalu.

Dari tahun 2022 tersebut, RA mencabuli 30 orang dan AA 10 orang.

"Kedua pelaku mengaku sudah melakukan tindak pencabulan ini sejak tahun 2022 silam," ujar Yessi, dikutip dari TribunPadang.com.

Kasus ini, lanjut Yessi, terungkap setelah keluarga korban curiga anaknya murung dan tak mau berangkat sekolah.

"Jadi si anak bercerita kepada orang tuanya alasan tidak mau sekolah, yaitu karena dicabuli oleh tersangka,"

"Berawal dari laporan tersebut kita melakukan penyelidikan dan mengumpulkan bukti-bukti," lanjutnya.

Ia menambahkan, semua korban rata-rata masih setingkat SMP.

Baca juga: Sosok Nenek di Simalungun Pelaku Pencabulan Cucu, Kirim Foto Asusila Korban ke Teman Facebook

Yessi membeberkan, modus dari pelaku melancarkan aksinya adalah minta untuk dipijat.

"(Modusnya) pelaku awalnya minta bantuan untuk dipijat kepada santrinya," kata Yessi.

Saat itu, pelaku pun mulai melancarkan aksinya untuk mencabuli korban.

Korban juga diancan tidak naik kelas apabila tidak menuruti nafsu menyimpang pelaku.

"Pelaku juga melakukan tindak pidana pencabulan kepada santrinya di ruangan yang masih dalam lingkup pesantren," ujar Yessi.

Pelaku Diduga Tergabung dalam Jaringan Sindikat Penyimpangan Seksual

Humas MTI Canduang, Khairul Anwar menuturkan, dua guru tersebut diduga masuk dalam jaringan pelaku penyimpangan seksual.

"Berdasarkan dugaan sementara kami, pelaku-pelaku ini kemungkinan termasuk dalam sindikat penyuka sesama jenis,"

"Jadi oknum-oknum ini menutupi dirinya dengan masuk ke sekolah-sekolah atau yayasan sebagai tenaga pendidik," ujar Khairul Anwar, dikutip dari TribunPadang.com.

Ia berujar, kedua pelaku tak mengaku ke polisi soal jaringan penyimpangan seksual tersebut.

"Walaupun dari hasil penyelidikan Polisi mereka tidak mengaku, namun dari pantauan kami dan kita amati, mereka termasuk ke sindikat yang menyusup ke lembaga-lembaga pesantren,"

"Setelah kita amati, mereka dekat dengan jaringan-jaringan dengan kasus yang sama," sambungnya.

Pihak MTI Canduang juga sudah berkoordinasi dengan kepolisian untuk mengungkap fakta ini.

"Jadi kita menuggu dulu keterangan resmi dari pihak Kepolisian terkait sindikat ini, jika memang benar, maka akan kita usut tuntas hingga ke akarnya,"

Baca juga: Marbot Masjid Rudapaksa Kakak-Adik di Depok,Terbongkar setelah Korban Mengigau saat Tidur

"Kami memberikan dan menyebarkan informasi ini sebagai bentuk keseriusan kami untuk membantu para korban. Agar tidak menyebar ke yang lain, dan munculnya kasus-kasus baru. Maka hal ini harus kita buka dan kita bongkar. Ini bentuk keseriusan kami menyatakan perang terhadap tindakan menyimpang seperti ini, maka dari itu harus kita langkas hingga ke akarnya," pungkasnya.

MTI Minta Maaf

Pihak MTI Canduang pun meminta maaf dengan kejadian ini.

Selain meminta maaf, MTI Canduang juga membentuk beberapa kebijakan.

"Dengan penuh rasa prihatin, Manajemen PP MTI Canduang menyampaikan kabar terkait dugaan kasus asusila yang melibatkan oknum pendidik di lingkungan madrasah kami."

"Kasus ini telah menimbulkan keprihatinan mendalam di antara seluruh keluarga besar PP MTI Canduang, dan kami ingin memastikan bahwa masalah ini akan ditangani dengan serius dan transparan,"

"Untuk untuk itu kami menyampaikan permintaam maaf sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang mencintai dan menyayangi PP MTI Canduang ini terutama kepada Orang Tua atau Wali Santri," sambung Khairul Anwar.

Kepada TribunPadang.com, ia menuturkan bahwa pihak MTI membuat sejumlah komitmen dan kebijakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.

"Pertama yaitu kami menyediakan layanan pendampingan psikologis bagi santri dan orang tua yang memerlukan bantuan. Tim konselor profesional kami siap memberikan dukungan moral dan emosional untuk membantu mereka menghadapi situasi ini. Dampingan oleh psikolog sudah dilakukan semenjak Kamis, 25 Juli 2024 sampai saat ini oleh Tim Ikatan Psikologi Klinis (IPK) Himpunan Psikologi (HIMSI) Wilayah Sumatera Barat dan Lembaga Paduli Anak Nagari (PADAN) Sumbar," lanjutnya.

Ia melanjutkan, pihaknya juga menyediakan tim penasehat hukum bagi santri dan orang tua yang memerlukan bantuan.

"Madrasah berkomitmen untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan dan prosedur keamanan, termasuk pelatihan pencegahan kekerasan seksual bagi seluruh staf dan pendidik. Kami bertekad untuk menciptakan sistem yang lebih kuat untuk melindungi seluruh komunitas madrasah,"

"Kita juga akan melakukan penguatan pengawasan. Kami akan memperkuat mekanisme pengawasan dan kontrol internal untuk memastikan bahwa kejadian serupa tidak terjadi di masa depan. Semua anggota staf akan mendapatkan pelatihan tambahan dalam aspek etika profesional dan penanganan kasus-kasus sensitif," pungkasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunPadang.com dengan judul Bejat, 2 Guru Pesantren yang Cabuli Murid di Agam Sumbar Telah Beraksi Sejak 2022, Korban 40 Orang

(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunPadang.com, Fajar Alfaridho Herman)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini