News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Polemik Chattra Borobudur

Chattra Akhirnya Batal Dipasang di Puncak Candi Borobudur

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penampakan Candi Borobudur dan stupa induk dari Taman Lumbini pada Kamis 5 September 2024. Stupa induk yang selama 113 tahun berbentuk polos, ada kemungkinan besar akan dipasangi chattra atau simbol payung pengayoman dalam khazanah Budhist.

Ahli pencari dan penyusun batu Candi Borobudur yang pensiun sejak 2010 ini merasa dirinya di posisi sangat sulit.

Ia yang pernah jadi anak buah Prof Dr Soekmono saat pemugaran Borobudur sejak 1973 mengamini pendapat pakar sejarah klasik itu.

Menurutnya mengutip pendapat Prof Dr Soekmono, stupa induk Borobudur tidak memiliki chattra, meskipun ada relief di candi ini yang memperlihatkan bentuk chattra.

Arkeolog dan ahli sejarah Dr Daud Aris Tanudirjo mengingatkan para pihak mengenai sikap dan pendapat para ahli yang hingga hari ini belum ada kata putus tentang chattra Borobudur.

Jika ada pihak yang ingin memaksakan kehendak memasang chattra di stupa induk Borobudur, maka sebaliknya harus ada kajian final yang komprehensif.

Di kalangan Budhis pun menurut Daud Tanudirjo juga pendapatnya masih terbagi. Ada yang ingin cahttra dipasang, tapia da juga yang menganggap tidak perlu dipasang di Borobudur.

Sebab, kata Daud Tanudirjo, kehadiran chattra di stupa puncak Borobudur bisa mempengaruhi otentisitas bangunan itu.

Secara arkeologi, tidak ada bukti kongkret di stupa puncak itu pernah dipasangi simbol payung. Jika dipaksakan, hal ini bisa berpengaruh ke status Borobudur sebagai World Heritage UNESCO.

Candi Borobudur dan stupa induknya yang tanpa ornamen chattra sebagai hasil pemugaran sejak 1907-1911 dan dilanjutkan pada 1973-1983 dilihat dari arah barat daya per Kamis (5/9/2024). Stupa induk itu kemungkinan akan berubah jika chattra dipasang dalam waktu dekat ini. (TRIBUN JOGJA/SETYA KRISNA SUMARGA)

Polemik Lama

Chattra di stupa induk Candi Borobudur menjadi polemik selama puluhan tahun, sejak Theodore van Erp merestorasi candi Budha itu pada tahun 1907 hingga 1911.

Chattra hasil rekonstruksi van Erp pada tahun 1931 sempat dipasang di stupa  induk, tapi diturunkan kembali.

Theodore van Erp merasa ragu menyusul kritik dan kontroversi apakah Candi Borobudur berchattra atau tidak.

Van Erp mengganggap belum memiliki dasar dan bukti-bukti kuat di stupa puncak pernah ada chattra atau simbol payung di bangunan suci Budhist.

Dalam khasanah bangunan suci Budhist, chattra merupakan bagian dari stupa yang berbentuk payung bersusun tiga.

Letak chattra berada paling atas. Secara umum, stupa tersusun dari alas membulat yang ditinggikan dan diletakkan di bawah kubah.

Lalu pada bagian atas kubah terdapat harmika atau tanah berpagar juga as roda atau batang untuk menopang chattra. 

Chattra menyimbolkan perlindungan bumi dari kekuatan jahat. Selain itu, chattra juga bermakna sebagai objek persembahan surgawi dan juga penanda anggota keluarga kerajaan.

Jumlah chattra di atas stupa pada masa India kuno adalah tiga belas.  Jumlah ini merupakan lambang penghormatan bagi raja penguasa dunia atau kerajaan yang memiliki daerah kekuasaan yang luas.

Meskipun demikian, berdasarkan maksud dan tujuan didirikannya stupa, budaya lokal, keterampilan dari perajin lokal serta keyakinan masyarakat setempat dapat menyebabkan beragamnya bentuk bagian-bagian stupa (alas, kubah, harmika, dan payung).

Oleh karena itu, bentuk dan gaya arsitektur stupa dapat berbeda-beda, baik antar daerah maupun antar negara.

Perbedaan-perbedaan itu bisa dilihat di negara-negara Asia yang pengaruh ajaran Buddha kuat atau berkembang, seperti India, Sri Lanka, Thailand, Kamboja, Nepal, dan Tibet. (Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)

 

 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini