Lima menit berselang, enam orang bercadar tiba-tiba menyatroni markas Damkar.
Triyono, yang seorang diri tak bisa melawan, karena kawanan perampok membawa senjata api dan celurit.
Triyono yang mulutnya dilakban, oleh pelaku diseret ke pojok ruangan, pakaian dilucuti dan dihujani pukulan.
"Keterangan dari Pak Triyono, dugaan pelakunya ada enam orang," kata Burhan, petugas damkar yang malam itu piket menemani Triyono.
Saat kejadian perampokan, Burhan, Dedi dan Rizky sedang perjalanan menuju lokasi permintaan evakuasi ular di Jomboran, Sendangagung, Minggir.
Laporan Aneh
Malam itu, menurut Burhan, ada yang aneh dari laporan kedaruratan, yang belakangan diketahui fiktif, karena di dekat lokasi kejadian sepi.
Bahkan, begitu hampir sampai di titik yang disharelock, Burhan tiba-tiba mendapat telepon dari Mako Induk Damkar Sleman jika pelapor telah menyampaikan jika ular sudah terkondisi oleh warga yang sedang ronda.
Burhan mengaku sedikit aneh dengan pelapor kedaruratan itu.
Karena di lokasi kejadian, malam itu Ia mendapati kondisinya sepi, tidak tampak ada keramaian warga yang sedang ronda.
Nomor handphone pelapor yang meminta pertolongan juga mendadak tidak bisa dihubungi.
Baca juga: ART di Makassar Ngaku Jadi Korban Perampokan, Ternyata Curi Perhiasan Majikan
Burhan dan kedua temannya, kemudian kembali ke Mako Godean.
Sesampainya di markas Godean, Burhan mendapati Triyono bertelanjang dada, bagian leher terkalung lakban dan beberapa tubuhnya luka lebam.
Saat itulah dia mendapatkan cerita dari Triyono jika markas telah disatroni rampok.