News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Balita di Cilegon Bukan Target Utama Pembunuhan, Para Tersangka Tak Bunuh Ibu Korban karena Hamil

Penulis: Faisal Mohay
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tampang lima pelaku pembunuhan APH, bocah berusia 5 tahun di Cilegon, Banten.

TRIBUNNEWS.COM - Kasus penculikan dan pembunuhan balita perempuan di Cilegon, Banten telah direncanakan.

Jasad korban yang berinisial APH (5) ditemukan di pesisir Pantai Cihara, Kabupaten Lebak, Banten, Kamis (19/9/2024) lalu.

Kelima tersangka telah ditangkap yakni Saenah, Rahmi, Emi, Ujang Hildan, dan Yayan Herianto.

Saerah, Rahmi dan Emi berperan sebagai eksekutor pembunuhan, sedangkan Ujang dan Yayan membuang jasad korban.

Awalnya para tersangka menargetkan ibu korban untuk dibunuh, namun mereka mengganti target menjadi APH.

Kasat Reskrim Polres Cilegon, AKP Hardi Meidikson Samula, menjelaskan Saenah, Rahmi dan Emi merencanakan aksi pembunuhan sejak Selasa (17/9/2024).

"Keterangan dari tersangka RH, kenapa mengubah target karena mereka beranggapan si ibu korban ini sudah dewasa, besar, lagi hamil, akan susah ketika dieksekusi," paparnya, Kamis (26/9/2024). 

Motif pembunuhan ini lantaran Saenah dan Rahmi menggunakan identitas ibu korban untuk meminjam uang online sekira Rp 75 juta.

Selain itu, Saenah cemburu melihat ibu korban dekat dengan Rahmi.

Diketahui, tersangka Saenah dan Rahmi menjalin hubungan sesama jenis.

"Sehingga beralihlah target mereka ke anak, APH. Jadi untuk pinjol itu si RH dan SA bersama-sama menggunakan akun dari si ibu korban," lanjutnya.

Baca juga: Pengakuan Otak Pembunuhan Bocah di Cilegon, Cemburu Kekasih Sesama Jenis Dekat Dengan Ibu Korban

Meski sudah ditahan, tersangka Saenah tak menyesali perbuatannya telah membunuh APH.

"Dari kelima pelaku ini yang sampai sekarang belum ada penyesalan ini si SA, bahkan kita tanyakan menyesal tidak, dia bilang 'saya enggak menyesal'," tuturnya.

Rahmi jadi Tersangka Utama

Kapolres Cilegon, AKBP Kemas Indra Natanegara, mengatakan Rahmi merupakan otak kasus pembunuhan.

Rahmi yang memiliki dendam ke ibu korban mengajak Emi dan Saenah melakukan penculikan APH.

"Motifnya karena utang piutang, dendam dan cemburu karena adanya penyimpangan seksual atau hubungan sesama jenis antara pelaku," jelasnya.

Penculikan bocah dilakukan di rumahnya di Kelurahan Ciwedus, Cilegon pada Selasa (17/9/2024).

"Saat A (ibu korban) keluar, mereka ambil APH," lanjutnya.

Baca juga: Polisi Sebut 5 Tersangka Pembunuhan Bocah Lima Tahun di Cilegon Masih Mungkin Dihukum Mati

APH dibawa ke rumah kontrakan Rahmi dan dianiaya hingga tewas.

"Mulut APH ditutup lalu digigit, mulut APH kemudian ditutup menggunakan lakban."

"Leher korban kemudian dipukul, muka korban ditutup pakai bantal boneka lalu didudukin," terangnya.

Jasad korban kemudian dibuang Ujang dan Yayan ke pantai Cihara, Lebak.

Seorang warga yang bernama Arif menjelaskan korban ditinggal sendirian di rumah oleh orang tuanya.

Para pelaku memanfaatkan rumah yang kosong untuk menculik korban tanpa sepengetahuan tetangga.

"Kejadian sekitar jam 1 siang, posisi si ibu lagi jemput suaminya untuk makan siang dan si anak berada di dalam rumah," tukasnya.

Baca juga: Pasangan Lesbi Bunuh Bocah di Cilegon karena Cemburu kepada Ibu Korban, Terjerat Pinjol Rp75 Juta

Korban dikunci dari luar dan sedang menggambar di kamarnya.

"Tidak lama setelah ibunya pergi sekitar 5 hingga 10 menit si ibunya balik, ketika si ibunya balik, posisi si anak sudah tidak ada di dalam kamar," lanjutnya.

Ibu korban yang panik memanggil tetangga termasuk istri Arif.

"Diduga ada yang masuk, (mungkin diculik) karena termasuk rapi, soalnya pintu ditutup lagi," pungkasnya.

Sebagian artikel telah tayang di TribunBanten.com dengan judul Peran 5 Pembunuh Balita yang Wajahnya Dilakban, 2 Pria Buang Jasad Korban dengan Imbalan Rp 100 Ribu

(Tribunnews.com/Mohay) (TribunBanten.com/Siti Nawiroh)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini