Namun pada akhirnya pertandingan Olimpiade menjadi pistol bebas (dari tahun 1936), pistol tembak cepat (dari tahun 1948); senapan kaliber kecil, tengkurap dan tiga posisi: berdiri, tengkurap, dan berlutut (masing-masing dari tahun 1900 dan dari tahun 1952), senapan angin (dari tahun 1984);
“Menembak sasaran bukan hanya olahraga yang hebat untuk membuat kita tetap aktif, tetapi juga membangun harga diri, kepercayaan diri."
"Dan merupakan cara yang sangat baik untuk menghabiskan waktu luang serta mengembangkan persahabatan yang langgeng. Namun jika ini belum cukup, olahraga ini juga terbukti memiliki manfaat kesehatan yang terukur, baik fisik maupun mental,” beber Ricky.
Bukan Olahraga yang Mudah
Ricky mengatakan, olahraga tidak bisa dilakukan sembarang, namun memerlukan konsentrasi yang intens dan singkat untuk mencapai hasil yang baik.
Hal ini diperlukan untuk menciptakan proses yang berulang-ulang yang menghasilkan bidikan yang konsisten dan pengelompokan atau grouping tembakan yang baik.
Menurutnya, olahraga menembak di Indonesia telah mulai berkembang dan cukup populer dengan adanya berbagai kejuaraan seperti Kejuaraan Menembak Piala Danjen Kopassus, Piala Panglima, hingga Kapolri Cup.
Setiap keberhasilan olahraga, terutama menembak, disebut Ricky sepenuhnya bergantung pada dedikasi dan latihan.
Sehingga kedisiplinan diri sangat diperlukan.
"Menembak sasaran sangat penting untuk mengembangkan keterampilan seperti disiplin diri. Disiplin diperlukan untuk melepaskan tembakan satu demi satu dengan teknik yang konsisten dan tepat."
"Sementara banyak petembak yang melakukan latihan rutin menembak, dibutuhkan disiplin diri untuk menjalankan rutinitas itu secara konsisten. Olahraga menembak membuat otak kita menjadi lebih fokus pada tugas yang ada dan meningkatkan konsentrasi,” urainya.
Baca juga: Kemenpora Giliran Beri Bantuan Anggaran ke PB Perbakin dan PB Podsi: Total Rp 19,8 Miliar
Komitmen Kembangkan SDM
Selain komitmen yang kuat dalam menciptakan dan melakukan pembinaan atlet, Perbakin Kota Surakarta juga berkomitmen dalam melakukan pembinaan sumber daya manusia.
Dengan sasaran non atlet atau para eksekutif muda yang selama ini telah disibukkan dengan kegiatan perkantoran sehingga melupakan dalam hal pembinaan dan pelatihan diri.