TRIBUNNEWS.COM - Ahli ekologi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) Dr. Puguh Karyanto, S. Si, M. Si, Ph. D, mengungap penyebab gerombolan tikus serbu rumah warga di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang videonya viral lewat media sosial.
Puguh menyebut, fenomena tersebut biasa terjadi, terutama di wilayah-wilayah lumbung padi nasional, seperti Kabupaten Karawang dan sekitarnya.
Adapun faktor utama penyebab tikus mendatangi rumah warga karena stok makanan di sawah sudah habis usai panen.
"Populasi tikus kehabisan stok pakan di sawah, jadi pasti menginvasi rumah-rumah penduduk, itu pasti" katanya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (27/10/2024).
Puguh kemudian lebih dalam menguraikan siklus reproduksi hewan bernama latin Rattus argentiventer itu.
Tikus sawah diketahui memulai berkembang biak mengikuti siklus tanam padi.
Hewan pengerat ini akan beranak saat padi memasuki fase generatif menjelang berbunga dan panen. Sementara waktu kehamilannya hanya hitungan hari.
Meledaknya populasi tikus juga berbanding lurus dengan kuantitas dan kualitas hasil panen padi.
Semakin banyak panen padi yang dihasilkan, tentu populasi tikus akan bertambah berkali-kali lipat dibanding saat gagal panen.
"Ditambah keberlangsungan hidup anakannya hampir 100 persen, dengan usia kehamilan hanya 15 hari."
"Malam melahirkan, paginya dia hamil lagi. Bisa dibayangkan betapa banyaknya jumlah tikus yang dihasilkan dalam satu musim tanam," imbuh pria yang sudah meneliti hama tikus sawah sejak 1997 hingga 2013 ini.
Terkait hal tersebut, Puguh meminta masyarakat tidak perlu khawatir dengan penyebaran penyakit dari tikus.
Ia menegaskan, tikus sawah cenderung bersih dibanding tikus yang ada di got maupun saluran air. Bahkan, di beberapa wilayah, tikus sawah dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
"Mereka bersih. Mereka makan padi, " ucapnya.