News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Fakta-fakta Aksi Peternak Boyolali Buang Susu: Tak Terserap Pabrik, Protes Kebijakan Impor

Penulis: Muhamad Deni Setiawan
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peternak Susu di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menggelar aksi protes dengan cara membagikan susu, membuangnya, dan menggunakannya untuk mandi, Sabtu, (9/11/2024).

TRIBUNNEWS.COM - Para peternak sapi perah, agen, hingga pengepul susu sapi melakukan aksi protes di Boyolali, Jawa Tengah pada Sabtu (9/11/2024).

Mereka membagikan susu ke warga, membuangnya ke tempat sampah, hingga melakukan aksi mandi susu.

Total ada 50 ribu liter susu yang dibuang dalam aksi solidaritas untuk para peternak ini.

Alasannya lantaran susu segar dari Boyolali ini ditolak oleh industri pengolahan susu (IPS).

Jika dirupiahkan, uang yang dibuang dalam aksi ini mencapai Rp400 juta.

Berikut fakta-fakta aksi ini yang dirangkum Tribunnews.com:

Minta Pemerintah Tutup Impor Susu

Salah satu pelopor susu di Desa Sruni, Kecamatan Musuk bernama Sugianto menyebut, suplai susu ke IPS mendadak dibatasi.

Akibatnya, dirinya harus membuang sebagian besar susu dari peternak yang telah dibelinya.

"Saya gak bisa kan nolak peternak kasihan. Jadi tetap kami ambil. Jadinya saya rugi sampai Rp1,5 miliar."

"Kami beli dari petani Rp7,3 ribu per liter kalau seperti ini, ya gak kuat kami," tuturnya, dilansir TribunSolo.com.

Ia menyatakan, alasan IPS menolak susu karena adanya perbaikan mesin pengolahan susu.

Baca juga: Industri Pengolah Susu Ogah Serap Hasil Peternak Sapi Lokal, Presiden Prabowo Diminta Turun Tangan

Akan tetapi, alasan tersebut tak bisa diterima peternak. Pasalnya, peternak beranggapan jika pemerintah telah membuka kran impor susu.

"Kami berharap impornya ditutup, kebutuhan susu nasional pun kami sudah siap, siap menyuplai walaupun kurang," tegasnya.

Dengan begitu, peternak sapi perah di Boyolali tetap bisa melanjutkan usaha peternakan dalam memproduksi susu segar.

Aksi di Tugu Susu Murni

Sebelum melakukan aksi buang-buang susu, para agen, pengepul susu, dan peternak ini berkumpul di Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali.

Perwakilan pengepul susu lantas menyampaikan keluhannya kepada pemerintah.

Satu per satu mobil pikap yang membawa ratusan tong susu terus berdatangan.

Setelah semuanya lengkap, susu-susu ini dibawa ke Tugu Susu Murni di depan pasar Boyolali.

Di sana, sebagian susu dibagikan ke warga dan digunakan untuk mandi.

Selain itu, koordinator aksi juga melakukan orasi-orasi.

Setelah itu, susu dari 20 ribu peternak ini dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPS) Winong, Boyolali.

Setelah sampai di lokasi pembuangan, tanpa ragu ribuan liter susu dalam drum dituangkan begitu saja dari atas bak pikap.

Koordinator aksi, Sriyono Bonggol berujar, tindakan ini merupakan wujud protes terhadap kondisi susu lokal saat ini.

Di mana setiap hari ada 30 ribu liter susu dari Boyolali yang tak bisa diserap oleh pabrik.

"Kami mewakili peternak yang ada di Boyolali yang saat ini sedang menjerit," ucapnya.

Pabrik membatasi kuota susu yang menyebabkan dari 140 ribu liter susu peternak, setiap harinya ada 30 ribu liter yang tak terserap.

Alhasil, para pengepul, baik KUD atau koperasi menanggung kerugian atas 30 ribu liter susu yang tak dibeli pabrik.

Akan tetapi, jika tak ada perubahan, para pengepul tak mampu bertahan.

Apabila pengepul tak lagi beroperasi, maka peternak yang akan menanggung kerugiannya.

Sapi terus makan, sementara susu tak ada yang bisa membelinya. Ia mengatakan, kondisi ini sebagai sebuah anomali.

Bagaimana tidak, produksi susu dari peternak baru mencapai 20 persen dari kebutuhan nasional, tetapi pabrik malah melakukan pembatasan. 

Sriyono Bonggol menduga ada impor susu yang tak dibatasi pemerintah.

"Harusnya pasar sesepi apa pun, produksi lokal kita yang baru 20 persen dari kebutuhan bisa terserap semua," ucapnya.

Kondisi Susu Sudah Rusak

Koordinator aksi, Sriyono Bonggol, mengatakan pembuangan susu itu dilakukan karena berbahaya jika dikonsumsi.

"Jumlah susu sisa yang tak bisa diserap pabrik sangat banyak, sekitar 30 ribu liter per hari," ujar Sriyono.

Ia mengatakan, susu tersebut berbahaya untuk dikonsumsi apabila terjadi kerusakan.

"Kalau dibagikan, cukup berbahaya. Karena susu yang dibuang itu sisa pengiriman kemarin," jelasnya.

Guna mengurangi kerusakan pada susu, digunakan alat cooler.

"Kalau hanya jerigen, dalam perjalanan bisa rusak," tutur Sriyono.

Jika disimpan, dirinya menyebut hal itu tak memungkinkan.

Pasalnya, kapasitas penyimpanan yang terbatas di setiap tempat pengepulan.

"Padahal, setiap hari harus ngambil susu dari peternak," terangnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul: ALASAN Peternak di Boyolali Buang Susu: Kondisi Susu Sudah Rusak, Bahaya Jika Dikonsumsi Warga.

(Tribunnews.com/Deni)(TribunSolo.com/Zharfan Muhana/Tri Widodo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini