TRIBUNNEWS.COM, - Keluarga korban penembakan oleh Aipda RZ anggota Satresnarkoba Polrestabes Semarang, Jawa Tengah, saat ini memilih untuk berdiam diri.
Diketahui, korban penembakan sebanyak 3 siswa, di mana satu orang tewas.
Keluarga korban meninggal GRO (17) ketika didatangi Tribun di kediamannya di Kembangarum, Semarang Barat, langsung meminta wartawan untuk meninggalkan lokasi pada Senin (25/11/2024) sekira pukul 11.00 WIB.
Alasan keluarga ini, masih berkabung. Mereka mengaku akan memberikan keterangan selepas berduka.
SA tinggal di Jrakah, Kecamatan Tugu bersama kedua orangtuanya. Keluarga SA enggan menemui. Alasan keluarga, SA masih trauma berat soal kasus ini.
Baca juga: Kasus Polisi Tembak Siswa SMK di Semarang, Teman Korban Ungkap Mengenai Tawuran dan Gangster
"SA ini jarang keluar malam. Makanya kami kaget dengan adanya kasus ini," kata ketua RT 4 RW 2 kelurahan Tugu, Aris Widarto dikutip dari TribunJateng, Kamis (27/11/2024).
Tribun kemudian mendatangi rumah AD di wilayah Jalan Karonsih Timur Raya, Ngaliyan. Tribun sempat bertemu AD dalam proses pra rekontruksi, Selasa (26/11/2024) pagi.
Siang harinya, AD ternyata belum di rumah. Dia masih di kantor polisi. Ketika menyambangi rumah AD, nenek korban menolak diwawancarai.
Para tetangga menyebut, AD tinggal di Semarang bersama neneknya. Sedangkan orangtuanya di Magelang.
"AD ini anak baik. Jadi kami kaget adanya kejadian ini," tutur Ketua RT 6 RW 5 Ngaliyan, M Wakimin.
LBH Kesulitan Berikan Pendampingan
Tertutupnya para keluarga korban membuat sejumlah pihak kesulitan untuk memberikan bantuan hukum.
"Kami mau membantu tapi para keluarga korban belum membuka diri," kata Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Penyambung Titipan Rakyat (LBH Petir) Jawa Tengah Zainal Abidin.
Dia mengaku, kasus ini seperti ditutup-tutupi.