TRIBUNNEWS.COM - Cerita lengkap pengakuan siswa SMAN 2 Cibitung yang mengungkap dugaan pungutan liar atau pungli dengan alasan perbaikan sekolah.
Pengakuan siswa tersebut viral di media sosial X sejak dibagikan oleh kader PSI, Ronald Aristone Sinaga pada Rabu (4/12/2024).
Cuitan Ronald Sinaga pada akun @brorondm hingga kini sudah mencapai lebih dari enam juta tayangan.
"Saya salute atas keberanian adik ini. Patut di apresiasi dan dijaga semangatnya untuk memyuarakan hal yang dia rasa tidak baik. Calon pemimpin lahir dari jiwa pemberani. Saking beraninya, sampai wa ke Wapres," tulis @brorondm.
Berikut percakapan lengkap siswa dengan Ronald Sinaga
"Bang kalo pelajar ngadu diurusin ga?" buka pesan dari siswa.
"Ngadu bagaimana?" jawab Ronald singkat.
"Pungli tapi sampe 2juta per siswa, sekolah negeri."
Siswa tersebut menuliskan dengan jelas nama sekolah negeri yang dimaksud.
Ia juga sempat mengadukan masalah yang sama pada Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka.
Namun nomor pengaduan Mas Wapres nyatanya tidak aktif.
Baca juga: Dianggap Tidak Sesuai Dakwaan Jaksa, 3 Terdakwa Kasus Pungli Rutan KPK Tolak Bayar Uang Pengganti
'SMAN 2 CIBITUNG biar jelas. Nanti saya kirim bang."
"Tapi emang bisa kirim dokumen di ig? Ada (bukti) bang saya sempet lapor ke WA Mas Gibran tapi no nya gak aktif," tulis siswa.
Ia kemudian membagikan chat panjang kronologi yang sebenarnya ditujukan kepada Wapres Gibran.
"Dah sempet lapor mas Gibran kan ngadain lapor Mas Wapres saya coba lapor ternyata nomornya dah off."
"Masalahnya kalo ga bayar ga dikasih kertas ulangan bang
Gimana mau maju Indonesia emas," lanjutnya.
Kala ditanya kapan kejadian tersebut, siswa mengaku kejadian tersebut sudah berjalan sejak tahun lalu.
Sekolah beralasan uang yang diminta akan dialokasikan untuk membangun pagar tahun lalu.
Pada tahun ini, uang iuran akan digunakan untuk urug tanah.
"Tahun kemarin katanya untuk uang pagar tapi sampai saat ini belum dibangun
Dan tahun 2024/25 untuk uang urug katanya, disuruh komite sekolah.
Saya kirim dokumen ke emailnya dulu pak," tulisnya melanjutkan.
Dalam percakapan tersebut dibagikan sebuah tangkap layar nama guru yang membagikan kertas undangan dengan kepala surat bertuliskan 'Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Cibitung'.
Kemudian saat ditanya adakah kwitansi pembayaran, siswa menunjukkan kwitansi.
Pasalnya pihak sekolah mengaku tak menerima pembayaran lewat transfer.
"Kayaknya ada (kwitansi), tadi temen saya bilang ada tapi ga dibawa. Dia sedang eskul."
"Tidak dapat kerras absensi kalo tidak bayar."
Beruntung, siswa tersebut tetap bisa mengikuti ulangan.
"Bisa (ikut ulangan) pak tapi kertas absennya saja," sambil menunjukkan kwitansi bertuliskan pembayaran Rp500.000.
"Tapi ada nominal lain dia gamau katanya bagi foto kwitansinya. 500.000x2, sejuta.
"Itu undangan sosialisasi ternyata ngejebak orang tua buat nulis nominal."
"Minimal banget 1jt. Dari tahun kemarin seperti itu pak, beda-beda alasannya."
"Tahun kemarin uang pagar, sekarang uang urug tanah namun pagar tak dibangun, tanah pun tidak diurug."
Setelah viral, Ronald Sinaga menenangkan para siswa yang mulai ketakutan.
"Siswa pemberani tersebut kita sebut anak Cibitung, dan saya sudah dijapri beberapa anak yang ketakutan. Dek, saya juga sudah dijapri kantor pengacara yang dekat dengan sekolah tersebut."
"Kalau ada apa-apa dengan kalian, atau kalian dipersekusi oleh kepala sekolah, saya kirim pasukan ke sana," ujar pria yang kerap disapa Bro Ron tersebut.
Tanggapan Sekolah, Sebut Iuran Sukarela hingga Ancam Pelapor
Humas SMAN 2 Cibitung, Nana mengatakan dugaan pungli itu muncul karena ada miskomunikasi antara siswa, wali murid, sekolah, dan komite sekolah.
"Ya, ini hanya miskomunikasi saja antara orangtua, siswa, pihak sekolah, dengan pihak komite dalam hal ini," ungkap Nana dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/12/2024).
Selain pungli, Nana juga membantah tudingan pihak sekolah melarang anak didik mengikuti UAS apabila tidak membayar sumbangan tersebut.
Nana mengklaim, ratusan pelajar yang tidak menyerahkan uang sumbangan tetap bisa mengikuti UAS yang kini tengah berjalan.
Sementara pelajar yang menyerahkan uang sumbangan diklaim hanya puluhan anak.
"Mereka katanya tidak boleh ikut ujian, kalau tidak menyumbang, tidak. Itu tidak ada. Semua ikut ujian, dan semua kita bagikan kartu," terang dia.
Nana membantah tudingan adanya dugaan pungutan liar (pungli) ke pelajar untuk pembuatan pagar dan bangunan sekolah.
Namun, Nana mengakui bahwa sekolah melalui komite sekolah telah meminta uang kepada siswa atau wali murid yang sifatnya sumbangan untuk menguruk halaman sekolah yang kerap tergenang jika hujan.
"Sekarang punglinya di mana? Itu sumbangan, sukarela. Tinggal terserah orangtua mau nyumbangnya berapa, bahkan ada yang tidak nyumbang," kata Nana.
Nana juga membantah jika pihak sekolah mematok besaran nilai uang yang wajib diserahkan siswa.
Ia beralasan, ekonomi wali murid SMAN 2 Cibitung mayoritas kelas menengah ke bawah, sehingga pihak sekolah tak mematok nilai uang sumbangan pengurukan halaman sekolah.
"Kita memahami itu, memaklumi itu. Kalau memang tidak ada ya, itu yang namanya sumbangan, masa harus kita paksa, kan enggak, monggoh (silakan) terserah saja. Ya kalau pun ada yang menyumbang juga, ya enggak maksimal gitu," ujar Nana.
Minta sumbangan sekolah sejak 2018
Sejak SMAN 2 Cibitung Kabupaten Bekasi beroperasi pada 2017, sekolah telah meminta sumbangan untuk pengurukan halaman sekolah sejak 2018 hingga kini.
Humas SMAN 2 Cibitung Nana mengaku heran kebijakan sumbangan untuk pengurukan halaman sekolah justru baru dikeluhkan oleh pelajar pada tahun ini.
"Saya juga enggak tahu itu kenapa bisa baru sekarang terjadi seperti itu. (Yang dulu) nerima-nerima saja, dan dulu pun tidak pernah terealisasi (keseluruhan)," tutur Nana.
Nana justru mengeluarkan kalimat ancaman akan mengeluarkan pelapor karena telah menyalahi aturan.
"Kalau siswa itu tidak mematuhi aturan yang ada, ya bukan sekolah yang mengeluarkan. Siswa itu sendiri yang ingin dikeluarkan berartikan dengan melanggar aturan itu," jelasnya.
Reaksi Disdik Provinsi
Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah III pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, I Made Supriatna, menyampaikan rasa prihatin atas kejadian dugaan pungli di SMAN 2 Cibitung.
“Ini sangat memprihatinkan ya, berkaitan dengan kejadian yang terjadi di SMAN 2 Cibitung,” ujarnya pada Sabtu (7/12/2024).
Meski demikian, dirinya bakal lebih dahulu menelusuri informasi tersebut.
Sebagai langkah awal, I Made telah menjadwalkan pemanggilan kepala sekolah untuk melakukan klarifikasi terkait dugaan pungli.
I Made menegaskan, KCD tidak membenarkan adanya pungutan di sekolah. Jika terbukti pungli, pihak sekolah wajib mengembalikan uang yang telah dikumpulkan.
“Kita tidak membenarkan itu. Jika itu benar (pungli) dan anggaran sudah terkumpul kita minta sekolah mengembalikan itu,” tuturnya.
Selain klarifikasi, kepala sekolah juga akan menerima teguran dan dilaporkan ke Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat sebagai bahan evaluasi.
“Ya kita melakukan tindak lanjut pemanggilan, teguran. Dan kita akan melaporkan juga ke pimpinan untuk mengevaluasi kepala sekolah bersangkutan,” jelasnya.
Terkait adanya penahanan kartu ujian, dia menambahkan, KCD Wilayah III sebelumnya telah mengingatkan seluruh sekolah agar tidak menahan kartu ujian siswa dengan alasan apapun, terutama terkait pembiayaan.
“Kita sudah peringati sudah mengimbau tidak boleh menahan kartu, apalagi berkaitan dengan pembiayaan,” jelasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunBekasi.com dengan judul Dugaan Pungli di SMAN 2 Cibitung, Disdik Provinsi Bakal Telusuri dan Panggil Kepsek
(Tribunnews.com/ Siti N/ TribunBekasi.com/ Muhammad Azzam/ Kompas.com/ Yefta Christopherus Asia Sanjaya)