TRIBUNNEWS.COM - Kita sering melihat menara ATC memiliki ketinggian berbeda-beda.
Apakah ketinggian yang berbeda-beda dari menara ATC sesuai standar yang baku?
Setiap pendirian menara pengawas PLLU (Pengatur Lalu Lintas Udara) atau ATC (Air Traffic Controller) di bandara-bandara, tentunya didirikan berdasarkan kebutuhan dan keunikan karakteristik bandara dan daerah tersebut.
Lokasi dan ketinggian menara tergantung dari anggaran tersedia, keamanan, dan kemampuan pandangan (visibility) yang didapat dari ketinggian menara tersebut.
Ada dua faktor yang dipergunakan yaitu Object Discrimination dan Line of Sight Angle of Incidence. Keduanya untuk menghitung pengaruh ketinggian menara pada persepsi jarak pengatur lalu lintas udara.
Ketinggian menara ATC harus diperhitungkan terhadap posisinya di bandara dan pengaruhnya terhadap orientasi ruang seluas 360 derajat sekeliling, sudut padang bawah, sudut pandang atas, pandangan ke ujung landasan, pandangan ke posisi pendaratan pesawat, area pergerakan dan non pergerakan di bandara serta tidak boleh terhalangi oleh apapun.
Selanjutnya tentu saja menara ATC tidak boleh menjadi penghalang dalam pergerakan pesawat di darat dan udara.
Jaraknya cukup jauh dari pergerakan pesawat baik saat taxi, take off dan landing.
Sebagai contoh salah satu bandara paling modern di Asia Tenggara seperti Bandara Suvanabhumi yang memiliki menara ATC tertinggi di dunia.
Dengan ketinggian 434 kaki atau 132.2 meter. Sedangkan menara ATC Bandara Vancouver Harbour di Kanada mencatat rekor sebagai menara ATC ”tertinggi” karena berada di atas gedung pencakar langit setinggi 465,88 kaki atau 142 meter.
Menara ATC biasanya merupakan bangunan tertinggi di lingkungan bandara. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa makin luas dan besar bandaranya dan semakin panjang landasannya tentu harus memiliki menara ATC yang lebih tinggi.
Menara ATC bandara besar biasanya beroperasi selama 24 jam, harus kebal terhadap cuaca dan angin kencang, memiliki sistem telekomunikasi dan komunikasi radio yang baik serta memiliki pusat data informasi penerbangan dan cuaca.
Pengatur lalu lintas udara juga seringkali mendapat bantuan dari radar pergerakan pesawat, baik selama di landasan atau saat di udara.
Radar akan sangat membantu dikala cuaca buruk dan malam hari dimana pandangan terbatas.
Selain keberadaan menaranya sendiri yang menjulang tinggi (relatif untuk setiap bandara), manusia-manusia yang berada di balik perangkat pengaturnya juga istimewa. Mereka biasa disebut air controllers atau flight controllers, meski umum dikenal sebagai air traffic controllers.
Karena penerbangan diatur dalam regulasi yang ketat secara internasional oleh ICAO (International Civil Aviation Organization) untuk alasan keamanan penyelenggaraan penerbangan, pengoperasian ATC dilakukan dalam bahasa Inggris. Namun demikian, bahasa setempat tetap bisa digunakan.
Karena keberadaannya yang demikian penting, tak heran ATC dipandang sebagai bagian terpenting dalam dunia penerbangan.
Dari menara itulah diatur penerbangan mulai dari pesawat ketika masih di darat, melaksanakan taxi, hingga lepas landas dari landasan.
Karena dibatasi oleh kemampuan radar pengontrol, pengendalian pesawat selama penerbangan akan terus berpindah tangan dari satu ATC ke ATC lainnya.
Pengaturan ini penting untuk menentukan separasi antar pesawat agar terhindar dari senggolan atau tabrakan. Namun sekarang tugas ini sedikit berkurang karena pesawat sudah dilengkapi dengan collision avoidance system.
Satu hal lagi yang dibutuhkan dari ATC selain memberikan informasi soal cuaca dan navigasi, adalah informasi yang dikenal dengan Notam (notice to airmen).