News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Reforestasi Lahan Kritis, Peneliti: Solusi Biomassa untuk Transisi Energi Bersih

Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ferdy Hasiman, Peneliti Tambang dari Alpha Research Database, Indonesia.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Alpha Research Database, Ferdy Hasiman, menekankan pentingnya reforestasi dalam menyediakan bahan baku untuk co-firing, langkah signifikan dalam menjaga lingkungan dan mendukung transisi energi menuju net zero emission.

”Dengan menanam kembali pohon-pohon di lahan kritis, kita tidak hanya memproduksi sumber energi terbarukan, tetapi juga mengembalikan fungsi ekosistem yang hilang. Hal ini menunjukkan bahwa reforestasi tidak hanya berkontribusi pada pasokan biomassa, tetapi juga memperbaiki kondisi lingkungan yang telah terdegradasi,” katanya Rabu (16/10/2024).

Baca juga: Program Reforestasi IKN, Miniatur Hutan Hujan Tropis Dibangun di Lahan 97 Hektare

Melalui reforestasi, lahan yang sebelumnya kritis dapat ditanami pohon indigofera, jenis tanaman yang mampu menyimpan air, sehingga tanah menjadi subur.

Ranting pohonnya kemudian diolah oleh masyarakat menjadi biomassa, yang selanjutnya dibeli oleh PLN sebagai bahan campuran batu bara di PLTU melalui proses yang disebut co-firing.

“Dengan cara tersebut, penggunaan batu bara di PLTU berkurang, sehingga emisi karbon juga menurun. Selain itu, lahan kritis yang diolah menjadi hijau kembali, serta ekonomi masyarakat terdorong karena mereka terlibat dalam seluruh proses pengembangan biomassa tersebut,” tambah Ferdy.

Ferdy menjelaskan bahwa penggunaan biomassa dianggap karbon-netral. Meskipun pembakaran biomassa menghasilkan emisi karbon, proses pertumbuhan kembali tanaman di area reforestasi akan menyerap karbon dari atmosfer, sehingga tidak menambah emisi baru.
 
“Pohon yang ditanam dalam program reforestasi bisa menghasilkan kayu, sisa tanaman, atau bahan organik lain yang kemudian diolah menjadi pelet biomassa,” jelasnya.

Baca juga: Smart Forest City, Sisi Jalan Tol IKN 3B Ditanami 100 Pohon Endemik Jawa

Ferdy menambahkan, Biomassa memiliki potensi besar untuk digunakan dalam pembangkit listrik, yang pada gilirannya akan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
 
“Dengan menggunakan biomassa, PLTU dapat beroperasi dengan lebih ramah lingkungan, membantu menurunkan emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil,” katanya.

Sebagai informasi, co-firing adalah teknik pembakaran bersama dua jenis bahan bakar, biasanya biomassa dan batubara, di dalam pembangkit listrik.

Dengan menggunakan biomassa, penggunaan batubara dapat dikurangi dan emisi karbon pun menurun, sehingga pembangkit listrik menjadi lebih ramah lingkungan.
 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini