TRIBUNNEWS.COM - Puasa tidak hanya berdampak pada tubuh tetapi juga pada otak. Hal itu diungkapkan pakar neurosains dari University of califoria, Irvine, Taruna Ikrar.
Ia mengungkapkan, puasa akan mengubah aktivitas otak, memengaruhi plastisitas atau kemampuannya mengubah struktur dan fungsinya.
Taruna menuturkan, puasa akan memengaruhi tiga macam plastisitas otak, yaitu sinaptik, neurogenesis, dan fungsional.
Plastisitas sinaptik terjadi ketika otak terlibat dalam pembelajaran dan pengalaman baru. Interaksi dan jaringan baru akan terbentuk pada hubungan sel-sel saraf di otak.
Sementara neurogenesis adalah proliferasi atau perkembangan secara cepat neuron baru pada sel otak. Sel induk berkembang menjadi sel piramida dan selanjutnya menjadi sel dewasa.
Sel saraf dewasa memiliki penampakan berbeda karena memiliki tonjolan-tonjolan untuk memaksimalkan kemampuan menerima dan menghantarkan rangsangan, disebut dendrit dan akson.
"Sel-sel saraf baru akan bermigrasi ke sejumlah daerah di otak untuk merehabilitasi sel-sel yang rusak atau mati," kata Taruna, Rabu (31/5/2017).
Plastisitas fungsional akan memengaruhi fungsi otak secara keseluruhan yang pada orang tua biasanya sudah menurun.
Studi terbaru menunjukkan, otak mencapai solusi fungsional melalui aktivasi jalur saraf alternatif, yang paling sering mengaktifkan daerah di kedua belahan otak.
Perubahan plastisitas otak karena puasa bisa dirasakan oleh tiap individu yang melakukannya dalam jangka panjang.
"Kalau plastisitas meningkat secara otomatis kapasitas memori juga meningkat. Selanjutnya ini meningkatkan daya ingat karena space memori di otak meningkat," jelas Taruna.
Jadi, meskipun puasa kadang membuat sulit berkonsentrasi karena kadar glukosa yang turun, dalam jangka panjang puasa justru memberi manfaat untuk otak.
Berita ini sudah tayang di kompas.com berjudul Inilah yang Akan Terjadi pada Otak jika Kita Berpuasa