TRIBUNNEWS.COM - Penemuan planet baru mungkin bukanlah hal yang terlalu istimewa. Namun, kali ini planet-planet yang ditemukan oleh para astrofisikawan istimewa karena berada di luar galaksi Bima Sakti.
Sebelumnya, planet-planet yang terdeteksi hanya berada di dalam galaksi Bima Sakti.
"Kami sangat gembira dengan penemuan ini, ini adalah pertama kalinya seseorang menemukan planet di luar galaksi kita," ungkap Profesor Xinyu Dai, seorang astrofisikawan di University of Oklahoma dikutip dari The Independent, Minggu (04/02/2018).
Temuan yang dipublikasikan dalam The Astrophysical Journal ini dilakukan dengan menggunakan teknik yang disebut microlensing.
Teknik ini memanfaatkan kecerahan benda langit yang jauh seperti bintang dan quasar (inti galaksi).
Teknik microlensing ini merupakan satu-satunya metode yang dikenal mampu mengidentifikasi planet pada jarak seperti itu.
Dengan teknik ini pula, para ilmuwan bisa mengidentifikasi sekelompok dunia yang jauh hanya dengan menggunakan data dari Observatorium X-ray Chandra miliki NASA.
"Ini adalah contih seberapa kuat teknik analisis microlensing extraglactic (di luar galaksi Bima Sakti)," ujar Dr Eduardo Guerras, rekan Dai dalam temuan ini.
Planet yang baru ditemukan ini diperkirakan memiliki ukuran antara sebesar bulan hingga sebesar Jupiter. Selain itu, jarak galaksinya kira-kira 3,8 miliar tahun cahaya dari Bima Sakti.
"Galaksi ini terletak 3,8 miliar tahun cahaya jauhnya, dan tidak ada kemungkinan untuk mengamati planet-planet ini secara langsung, bahkan dengan teleskop terbaik yang bisa dibayangkan dalam skenario fiksi ilmiah," kata Guerras.
"Namun demikian, kami bisa mempelajarinya, mengungkap kehadiran mereka dan bahkan memiliki gagasan tentang ukuran massa mereka. Ilmunya sangat keren," imbuhnya.
Microlensing adalah efek astronomi di mana cahaya yang berasal dari bintang jauh atau quasar dibelokkan oleh gravitasi benda perantara seperti bintang lain atau lubang hitam jika dilihat dari bumi.
Jika sumber cahaya diposisikan persis di belakang perantara, obyek itu akan bertindak sebagai "lensa". Selanjutnya, lensa tersebut membuat cakram cahaya saat sinar dari sumber tersebut melewati semua sisi.
Kecerahan cakram ini dipengaruhi oleh adanya planet di dekat bintang lensa. Inilah kemudian yang digunakan untuk menentukan keberadaan planet tersebut yang seharusnya terlalu jauh untuk dikenali.
Efek ini telah diprediksi oleh teori relativitas Einstein. Karenanya, cakram cahaya ini juga dikenal sebagai "cakram Einstein".
Dalam laporannya, Profesor Dai dan Dr Guerras menyebut bahwa mereka menggunakan teleskop untuk mempelajari sifat mikrolensing emisi latar belakang quasar.
Itu kemudian mereka gunakan untuk membuat pengukuran yang diidentifikasi sebagai bukti planet-planet di luar galaksi tersebut.
"Planet-planet kecil ini adalah kandidat terbaik dari kekhasan yang kami amati dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik microlensing," kata Profesor Dai.
"Kami menganalisis frekuensi tinggi yang khas dengan memodelkan data untuk menentukan massa," tutupnya. (*/kompas.com)