TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sudah pernah lihat foto di atas? Foto ini diunggah ke akun humor Facebook, Kementrian Humor Indonesia pada hari Selasa (16/10/2018).
Tidak lama kemudian, foto yang sama muncul di 9GAG dengan deskripsi “Jangan membalikkan foto ini” dan diberi reaksi oleh 30.000 orang.
Namun, tentu reaksi manusia ketika melihat foto tersebut adalah membalikkan ponselnya. Hasilnya sangat mengejutkan, wanita yang sekilas tampak cantik ternyata berwajah mengerikan.
“Gw pikir admin ni bego banget posting gambar kok di balik...akhirnya gw coba lihat gambarnya denga membalikan hp gw dan ternyata nyesel gw ngeliatnya...rugi wkt gw 15 detik,” tulis Ady Putra Tunggal di Kementrian Humor Indonesia.
Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa otak kita bisa berpikir bahwa wanita itu akan tetap cantik bila fotonya dibalik?
Kelengkungan Ilusi semacam ini sebenarnya bukan hal baru. Disebut ilusi Thatcher, ia pertama kali dilaporkan oleh Professor Peter Thompson dari University of York pada tahun 1980.
Sama seperti foto di atas, dalam ilusi Thatcher, foto mantan perdana menteri Inggris Margaret Thatcher dimodifikasi agar mata dan mulutnya terbalik.
Baca: Beredar Rendering Toyota Avanza Baru, Ini Harapan Komunitas Avanza
Nah, ketika foto tersebut dilihat sekilas dalam keadaan terbalik, perubahan ini hampir tidak terlihat. Baru ketika orientasi foto dibetulkan, wajah Thatcher yang sudah dimodifikasi jadi terlihat menakutkan.
Dilansir dari The Guardian, 19 September 2016, ilusi Thatcher menunjukkan bagaimana otak kita memproses informasi tentang wajah.
Rupanya kita tidak memproses wajah hanya sebagai koleksi dari fitur-fitur yang berbeda, tetapi juga dengan memperhatikan posisi dan hubungan fitur-fitur wajah.
Ketika dihadapkan wajah yang terbalik atas-bawah, kita pun menjadi kesulitan memproses informasi mengenai konfigurasinya.
Akibatnya, kita hanya memperhatikan fitur-fitur ini secara individu, di mana mata masih terlihat seperti mata dan mulut masih terlihat seperti mulut.
Penelitian lanjutan mengenai fenomena ini, seperti yang dipublikasikan dalam jurnal Biological Science, juga mengungkapkan bahwa asumsi otak akan konfigurasi wajahlah yang membuat kita mampu membedakan wajah.
Ketika informasi konfigurasi ini dihilangkan, kita kesulitan mengidentifikasikan variasi-variasi wajah.