Laporan Wartawan Tribun Jabar, Hilda Rubiah
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Mendengar potensi gempa sesar Lembang yang ada Bandung utara, masyarakat tidak perlu khawatir.
Geolog yang juga tenaga ahli SKK Migas, Ir Awang Harun Satyana, mengatakan status sesar Lembang dan Palu sangat jauh berbeda.
Patahan aktif lembang memiliki panjang 29 km yang terbagi dalam 3 segmen, yaitu barat 9 km, tengah 10 km, dan timur 10 km.
Pembangunan dan permukiman penduduk dianjurkan tidak menempati zona sebelah utara gawir patahan Lembang dan zona selatan punggungan patahan Lembang yang dilandasi oleh endapan talus dan batuan gunung api rentan guncangan gempa bumi dan gerakan tanah.
Jalur sesar hampir 30 km tersebut begitu kompleks dan tidak sesederhana sebagai satu jalur, karena terdapat tiga segmentasi yang memiliki karakter berbeda-beda.
Bagian timur Sesar Lembang mempunyai pergeseran tegak sehingga menyebabkan daerah di sebelah utara sesar tenggelam atau merosot sekitar 460 m terhadap daerah di sebelah selatannya.
Sementara pergeseran tegak berangsur berkurang ke arah barat sampai amblesnya hanya sekitar 40 m, bahkan tidak ada amblesan di ujung sesar.
Adapun bagian barat sesar diperkirakan tidak bergeser secara tegak, melainkan bergerak mendatar ke kiri.
Awang mengatakan, pergerakan sesar aktif itu hanya bergerak dengan kecepatan antara 1,5 mm sampai 55 mm per tahun.
Ini sangat jelas berbeda dengan Palu yang pergerakkan sesarnya 30 kali cepat dari sesar Lembang.
Sesar Palu Koro bergerak 30 sampai 44 mm per tahun dan merupakan sesar yang terletak di zona utama deformasi.
Oleh karena itu, kecil kemungkinan gempa-gempa yang terjadi sekitar sesar Lembang hanya berada di magnitudo 2,9 sampai 3,3.
"Artinya bila dilakukan analogi antara sesar Palu dan Lembang, keduanya jelas jauh berbeda pada karakter dan sumber pemicunya," ujar Awang saat ditemui Tribun Jabar di Auditorium Museum Bandung, Sabtu (27/10/2018).(*)