Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, QINGDAO - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) baru saja memperkuat kerja sama dengan raksasa bioteknologi asal Tiongkok, Qingdao Vland Biotech Group Co. Ltd untuk menerapkan produk berbasis teknologi ramah lingkungan (green technology).
Khususnya mengenai pengembangan teknologi enzim melalui penelitian bersama dan transfer teknologi.
Kerja sama terkait riset ini merupakan bentuk dukungan terhadap program pemerintah yakni pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Kepala BPPT Hammam Riza pun telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) tentang 'Penelitian Bersama dan Alih Teknologi untuk Inovasi Berkelanjutan' dengan Vice President Qingdao Vland Biotech Group Co. Ltd Huaming Wang di Qingdao, Tiongkok, Rabu (25/9/2019) waktu setempat.
Baca: Tetap Tampil Cantik Saat Ikut Demo Mahasiswa di DPR, Selebtwit Ini Viral Bagikan Tips Make Up
Baca: Dandhy Dwi Laksono Ditangkap Polisi Dianggap Menyebarkan Kebencian Terkait Papua
Baca: DOWNLOAD Lagu Kartonyono Medot Janji Denny Caknan Lengkap Lirik, Chord Gitar, Unduh MP3 di Sini Yuk
Sebagai salah satu lembaga penelitian pemerintah, Hammam mengatakan bahwa BPPT memiliki tugas mendasar dalam melakukan penilaian dan penerapan teknologi.
Tugas tersebut dilakukan melalui inovasi dan layanan teknologi.
"Dalam melakukan tugas-tugas ini, BPPT memiliki 7 (tujuh) peran yakni teknik, intermediasi, kliring teknologi, audit teknologi, transfer teknologi, difusi, dan komersialisasi," ujar Hammam, dalam sambutannya.
Sebagai akselerator dalam pembangunan ekonomi, promosi inovasi teknologi itu pun terus digaungkan lembaga tersebut melalui semangat 'Solid, Smart, Speed'.
"Ini membuat BPPT bekerja lebih fokus pada aspek hilir dan didukung dengan teknologi terapan yang kuat," jelas Hammam.
Oleh karena itu, upaya konkret yang dilakukan dalam mendorong terwujudnya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan itu adalah melalui penguatan kerja sama dengan industri bioteknologi.
Dalam hal ini yakni menjalin kerja sama dengan raksasa bioteknologi Tiongkok Vland Biotech untuk menghasilkan inovasi yang berdampak positif bagi Indonesia dan Tiongkok.
"Untuk mencapai tujuan ini, BPPT harus semakin dekat dengan industri dan melakukan kerja sama timbal balik untuk menghasilkan inovasi. Termasuk kerja sama kami dengan Vland Biotech yang telah berlangsung selama beberapa tahun," kata Hammam.
BPPT dan Vland Biotech akan memperkuat kerja sama bidang bioteknologi, terutama terkait pengembangan teknologi enzim.
Perlu diketahui, di Indonesia, pemanfaatan enzim lebih banyak diterapkan dalam dunia industri, mulai dari industri pulp dan kertas, kulit, tekstil, kimia, makanan hingga industri pakan.
Bahkan permintaan enzim untuk industri pun tumbuh sekitar 5 - 6% per tahunnya.
Pertumbuhannya cenderung meningkat setiap tahun, mengikuti pengaplikasian enzim yang semakin beragam dan lebih luas dalam dunia industri.
Namun tingginya kebutuhan dalam pemanfaatan enzim, tidak sesuai dengan produksinya di tanah air.
Karena sebagian besar enzim untuk industri masih diimpor dari Eropa, Tiongkok dan India.
Dalam pemanfaatannya, enzim untuk industri pakan menjadi konsumsi terbesar di Indonesia.
Konsumsinya bisa mencapai angka sekitar 3880 ton per tahun dan menyumbang sekitar Rp 270 miliar.
Kerja sama antara BPPT dan Qingdao Vland Biotech group Co. Ltd sebelumnya telah dimulai sejak Maret 2016 lalu.
Saat itu MoU pertama ditandatangani oleh mantan Kepala BPPT Unggul Priyanto di kota yang sama di negeri tirai bambu tersebut.
Penguatan kerjasama melalui penandatangan MoU itu diharapkan mampu meningkatkan dorongan dalam melahirkan inovasi yang dapat menghela pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.