TRIBUNNEWS.COM - Ahli ilmu falak, Dr. Muh. Nashirudin, MA. M. Ag, mengatakan fenomena matahari di atas Ka'bah menjadi momentum tepat untuk memperkenalkan ilmu sains kepada masyarakat.
Fenomena ini disebut Istiwa' A'dham atau Rashdul Qiblah.
Bagi dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta, fenomena ini bisa membuat masyarakat melek terhadap keberadaan sains.
"Kita mulai melek ilmu falak atau astronomi, kita punya keilmuan terkait itu."
"Yang juga penting bahwasanya perhatian ibadah tidak hanya semata-mata ibadahnya saja. Sains terkait dengan ibadah itu juga penting," kata Nashirudin kepada Tribunnews, Kamis (28/5/2020).
Ia melanjutkan, adanya fenomena Istiwa' A'dham atau Rashdul Qiblah ini juga sebagai kesempatan yang tepat untuk umat Islam memperbaiki arah kiblat.
"Mayoritas umat Islam di Indonesia bermazhab syafi'i yang mana salat menghadap kiblat merupakan hal penting."
"Adanya fenomena ini, di mana matahari berada di atas Ka'bah kesempatan penting untuk kita mengecek kembali musala, masjid, atau tempat salat di rumah kita apakah sudah lurus dengan kiblat atau tidak," urainya.
Nashirudin menambahkan, fenomena matahari tepat di atas Ka'bah juga bisa dimanfaatkan sebagai momentum menyatukan umat Islam.
"Persatuan umat, sebagaimana menyatukan diri ke kiblat yang satu saat salat," urainya.
Baca: 3 Hikmah Fenomena Matahari Tepat di Atas Kabah, jadi Kesempatan Umat Islam untuk Bersatu
Apa penyebab dan kapan terjadi Istiwa' A'dham atau Rashdul Qiblah?
Nashirudin mengatakan matahari berada tepat di atas Ka'bah bukan fenomena alam yang langka.
Ia menjelaskan fenomena ini rutin terjadi setiap tahunnya.
"Bukan fenomena langka, tapi rutin terjadi, tiap tahun terjadi. Hari ini 27 dan besok 28 Mei."