TRIBUNNEWS.COM - Trending topic di Twitter pada Minggu (26/7/2020) pagi dihiasi kata Dingin, Lawu, Dieng dan hipotermia.
Beberapa warganet di berbagai daerah di Indonesia umumnya mengeluhkan udara dingin di wilayah mereka masing-masing.
Salah satu akun Twitter @ezawjinnie95L juga turut mengunggah soal hawa dingin di lokasi tempat tinggalnya, tepatnya di Bandung, Jawa Barat.
Berdasarkan gambar yang ia unggah, menunjukkan suhu tercatat 16 derajat selsius.
"Di kalian sekarang dingin gak? Disini dingin," tulis akun Twitter tersebut.
Selain itu, akun Twitter @mingyuwifeuu juga mengunggah soal hawa dingin yang ia rasakan.
Ia mengunggah sebuah tangkapan layar suhu di daerahnya, yakni Dieng, Jawa Tengah, terlihat suhu udara di sana 12 derajat selsius.
Lantas, mengapa kondisi dapat terjadi seperti ini di banyak daerah?
Pertanda puncak musim kemarau akan datang
Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal menjelaskan, udara dingin yang terjadi pada malam menjelang pagi hari di beberapa hari ini menandakan puncak musim kemarau akan datang.
Menurut Herizal, di beberapa wilayah di Indonesia saat ini menjelang puncak musim kemarau.
"Semakin cerah langit di musim kemarau akan semakin dingin udara dirasakan pada malam dan menjelang pagi hari," kata Herizal saat dihubungi Kompas.com, Minggu (26/7/2020).
Baca: AC Mobil Panas? 5 Tips Keren Ini Bikin Cepat Dingin dan Irit Bensin
Baca: Sapa Kapolres Pulang Pisau, Jokowi Ingatkan Soal Kebakaran Hutan Saat Musim Kemarau
Saat menjelang dan pada puncak musim kemarau, Herizal melanjutkan, langit umumnya cerah di sepanjang hari.
Kondisi ini menyebabkan radiasi Matahari tidak banyak mengalami rintangan untuk masuk permukaan Bumi sehingga suhu pada siang hari menjadi hangat.
Sebaliknya, pada malam hari radiasi Bumi yang lepas ke angkasa juga bisa berlangsung maksimal karena langit yang cerah.
"Akibatnya, ketika malam hari radiasi yang diterima dari Matahari nol, sedangkan radiasi Bumi yang lepas ke angkasa maksimal. Pada kondisi seperti ini kondisi udara pada malam hari menjelang dan pada puncak kemarau lebih dingin dibanding kondisi udara malam hari di musim hujan," papar Herizal.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG Minggu, 26 Juli 2020: Yogyakarta dan Bandung Cerah Berawan Sepanjang Hari
Baca: Jelang Musim Kemarau, BMKG Sarankan Pemerintah Rencanakan Upaya Pencegahan Karhutla
Uap air di atmosfer dan kecepatan angin
Sementara itu, prakirawan cuaca BMKG Nanda Alfuadi menyebut bahwa udara dingin yang terjadi di malam menjelang pagi hari, ada dua hal yang mempengaruhi.
Dua hal tersebut yakni kandungan uap air di atmosfer dan kecepatan angin.
"Kandungan uap air di atmosfer yang cukup rendah di wilayah Indonesia bagian selatan dalam beberapa pekan ini menyebabkan radiasi gelombang panjang dari Bumi, yang dapat menghangatkan atmosfer Bumi lapisan bawah, terlepas ke angkasa," kata Nanda.
Sehingga, energi yang digunakan untuk menghangatkan atmosfer di lapisan bawah akan lebih kecil dibandingkan ketika kandungan uap air di atmosfer relatif cukup banyak.
Hal ini secara kasat mata, lanjut Nanda, juga terlihat dari berkurangnya tutupan awan dalam beberapa pekan ini dibandingkan dengan bulan lalu.
"Kondisi atmosfer yang cukup kering tersebut diperkuat dengan kecepatan angin dari selatan Indonesia yang cukup kuat sehingga seolah udara di Indonesia bagian selatan terasa semakin dingin," terang Nanda.
Meski demikian, katanya, saat ini belum merupakan puncak kemarau sehingga kondisi ini bukan merupakan kondisi yang paling signifikan.
"Diprakirakan pada Agustus dan awal September nanti kondisi dingin akan semakin terasa di wilayah Jawa, Bali, NTB, dan NTT," jelas Nanda.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warganet Ungkapkan Udara Dingin di Twitter, Begini Analisis BMKG",
Penulis : Dandy Bayu Bramasta