News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Praktik Pengawetan Mayat Tertua Ternyata Bukan Dari Mesir, Tetap Negara Ini

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi - Pengunjung memotret replika mumi Fir'aun Ramses II yang dipamerkan di Pesta Buku Bandung 2015 di Landmark, Jalan Braga, Kota Bandung

TRIBUNNEWS.COM -- Para ilmuwan arkeologi yang meneliti pengawetan mayat akhirnya menemukan bukti terbaru.

Pengawetan jenazah atau mimifikasi tertua ternyata bukan berasal dari Mesir yang terkenal dengan mumi Firaunnya.

Praktik mumufikasi tertua ternyata berasal dari daerah mediterania.

Bukti praktik mumifikasi tertua ini didapatkan setelah peneliti melakukan studi terhadap sisa-sisa kerangka manusia yang dikebumikan 8000 tahun yang lalu di Lembah Sado, Portugal selama masa Mesolitikum.

Baca juga: Gali Makam Cleopatra, Arkeolog di Mesir Temukan 20 Mumi

Ahli menyebut sisa-sisa manusia tersebut sengaja dimumifikasi sebelum dikuburkan dan temuan ini sekaligus merupakan bukti pertama mumifikasi Mesolitik di Eropa dan juga yang tertua di dunia.

Sebelumnya, seperti dikutip dari Science Alert, Minggu (6/3/2022) bukti awal mumifikasi berasal dari 7000 tahun yang lalu, yaitu mumi Chinchorro yang ditemukan di gurun Atacama, Chili.

Sementara bukti paling awal di Mesir yang terkenal dengan praktik mumifikasinya yakni berasal dari 5600 tahun yang lalu.

"Studi kami menggabungkan analisis arkeolog dengan wawasan dari penelitian taphonomic eksperimental sehingga menambah dimensi baru pada pemahaman kami tentang praktik penguburan di periode Mesolitikum," ungkap tim peneliti yang dipimpin oleh arkeolog Rita Peyroteo-Stjerna dari Universitas Uppsala di Swedia.

Baca juga: Mengenal Sifat-sifat Allah SWT Al Muhyi, Al Mumit, dan Al Baaits Lengkap dengan Hikmahnya

Arkeolog dan antropolog percaya, bahwa mumifikasi mungkin bukan hal yang aneh di era prasejarah, tetapi buktinya agak sulit didapat.

Ini karena seberapa baik apa pun jaringan lunak mumi, cenderung akan menurun seiring waktu.

Salah satu penyebabnya adalah iklim sedang dan basah seperti di sebagian besar Eropa, yang akhirnya membuat jaringan lunak biasanya tak dapat bertahan di situs arkeologi.

Dalam studi ini, peneliti menggunakan sumber foto dengan kualitas luar biasa yang diambil oleh arkeolog Manuel Farinha dos Santos untuk merekonstruksi sisa-sisa kerangka yang ditemukan di Lembah Sado secara lebih lanjut daripada yang mungkin dilakukan sebelumnya.

Baca juga: Arkeolog Dominika Temukan Selusin Mumi Berusia 2.000 Tahun

Hasilnya, arkeolog dapat merekonstruksi secara rinci bagaimana jenazah itu ditangani sebelum penguburannya. Dan peneliti pun menyimpulkan, bahwa sisa-sisa jenazah yang ditemukan di Lembah Sado merupakan jenazah yang telah di mumifikasi.

Terlihat dari anggota badan dalam posisi hiperfleksi, tidak adanya disartikulasi, dan pengisian sediman yang cepat disekitar.

Semuanya menurut peneliti merupakan indikator yang kuat dari penguburan mumi. Temuan ini pun menunjukkan, bahwa praktik mumifikasi telah tersebar secara luas daripada yang para ahli perkirakan sebelumnya.

Selain itu, temuan ini pun dapat memperluas pemahaman tentang bagaimana nenek moyang merawat orang-orang yang telah meninggal. Penelitian dipublikasikan di European Journal of Archaeology.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan dari Mesir, Praktik Mumifikasi Tertua Berasal dari Eropa",

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini