TRIBUNNEWS.COM -- Sebuah penelitian di Eropa akhirnya berhasil menemukan bau-bauan paling enak di dunia.
Ilmuwan gabungan dari Swedia dan Inggris bekerja sama untuk menjawab pertanyaan yang hampir membuat setiap orang penasaran tersebut.
Hasil penelitian menemukan, bahwa kebanyakan orang, meski berasal dari budaya dan latar belakang yang berbeda, menganggap vanila sebagai aroma yang paling menyenangkan di planet ini.
Selain vanila, studi kolaboratif antara Institut Karolinska Swedia dan Universitas Oxford juga mengungkap, aroma yang paling enak lainnya adalah etil butirat yang berbau seperti buah persik.
Baca juga: Cegah Bau Mulut Tak Sedap, Ini Waktu yang Tepat untuk Menggosok Gigi saat Bulan Puasa
Sementara urutan ketiga adalah linalool yang memiliki aroma bunga.
Bau yang paling tidak populer dalam penelitian ini adalah asam isovalerat, yang dikenal memiliki bau yang menyengat dan tidak menyenangkan, terkait dengan keju, susu kedelai, dan keringat.
Artin Arshamian, peneliti di Institut Karolinska dan salah satu penulis studi mengatakan, manusia mungkin memiliki preferensi penciuman yang sama karena membantu mereka bertahan hidup.
Kenikmatan aroma terkait dengan struktur molekul bau makanan yang dapat dimakan sebanyak 41 persen.
Sederhananya, manusia cenderung menikmati banyak bau yang sama karena perasaan yang mengakar bahwa suatu barang aman untuk dimakan.
Baca juga: Resep Minuman Mixed Fruit Punch, Dijamin Segar untuk Berbuka
Seperti dikutip dari NPR, Rabu (6/4/2022) dalam studi ini, peneliti pun ingin mengetahui bagaimana persepesi bau tercipta.
Dalam studi ini, peneliti melibatkan 225 peserta dari sembilan budaya non-Barat yang beragam, termasuk individu dari komunitas yang sedikit memiliki kontak dengan dunia Barat untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
Mereka kemudian diminta untuk mengendus 10 aroma unik dan mengurutkannya dari bau yang paling enak.
"Kami ingin mengetahui apakah orang di seluruh dunia memiliki persepsi bau yang sama dan menyukai jenis bau yang sama. Atau apakah ini sesuatu yang dipelajari secara budaya," kata Arshamian.
Bau Badan
Bau badan adalah masalah yang cukup umum dan dialami banyak orang. Ini disebabkan oleh proses bakteri dalam keringat dan bukan karena keringat itu sendiri.
Faktanya, keringat manusia hampir tidak berbau. Bau badan muncul karena adanya bakteri pada kulit yang memecah molekul protein dalam keringat dan menghasilkan bau.
Dilansir Medical News Today, kulit seseorang mengandung kelenjar keringat ekrin dan apokrin.
Kelenjar apokrin berfungsi saat pubertas dan berhubungan dengan folikel rambut di ketiak dan selangkangan.
Kelenjar ini menghasilkan keringat kental yang kaya protein dan awalnya tidak berbau, namun ketika bakteri memecah banyak protein, mereka akan menghasilkan molekul bau dalam konsentrasi yang lebih besar hingga menimbulkan bau badan.
Baca juga: Resep Kolak Pisang Candil, Cocok Jadi Menu Buka Puasa yang Segar dan Enak
Sebaliknya, kelenjar keringat ekrin sebagian besar mengatur suhu tubuh melalui keringat dan tidak terlalu terkait dengan bau badan.
Bau badan paling sering muncul di area kaki, selangkangan, ketiak, alat kelamin, rambut kemaluan, pusar, anus, dan belakang telinga.
Meski akar penyebabnya sering kali adalah kebiasaan kebersihan, bau badan tidak sedap juga bisa menjadi indikasi kondisi yang lebih serius.
Penyebab bau badan Keringat berlebih disebut dengan hiperhidrosis. Dilansir dari Cleveland Clinic, hiperhidrosis terbagi menjadi dua jenis, yakni primer dan sekunder.
1. Primer – Tidak disebabkan kondisi medis lain
a. Keringat berlebih dapat terjadi di satu atau dua area tubuh, seperti telapak tangan, kaki, ketiak, atau dahi, sementara bagian tubuh lainnya tetap kering.
b. Berkeringat biasanya dimulai saat orang tersebut bangun di pagi hari, sedangkan berkeringat sepanjang malam bukanlah hal yang normal.
c. Orang umumnya dalam kondisi sehat, namun mengalami keringat berlebih sejak masa kanak-kanak atau remaja.
2. Sekunder – Ada penyebab yang mendasari keringat berlebih
a. Seluruh tubuh berkeringat atau hanya di satu sisi tubuh
b. Biasanya dimulai saat dewasa
c. Dapat dipicu oleh obat-obatan tertentu, suplemen makanan, kafein, nikotin, konsumsi bawang putih atau makanan berbau lainnya
d. Kondisi medis yang meliputi obesitas, diabetes, tumor, tiroid yang terlalu aktif, gangguan kelenjar hipofisis, konsumsi alkohol berlebih, dan penyakit menular
(Kontributor Sains, Monika Novena/Lulu Lukyani/Bestari Kumala Dewi)