TRIBUNNEWS.COM - Fenomena Perigee menjadi penyebab banjir rob di pesisir utara Jawa Tengah.
Hal ini disampaikan Koordinator Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Tanjung Emas, Semarang, Ganis Erutjahjo.
Saat ini, terang Ganis, tinggi gelombang di perairan utara Jateng mencapai 1,25 hingga 2,5 meter.
Nantinya saat memasuki akhir Syawal, akan mendekati masa fase puncak pasang.
"Tinggi gelombang di perairan Utara Jawa Tengah mencapai 1,25-2,5 meter. Kondisi di akhir bulan Syawal, dimana masa itu adalah mendekati fase puncak pasang."
Baca juga: Semarang Diterjang Banjir Rob, KAI: Jalur KA dari dan ke Semarang Masih Aman
Baca juga: Soal Penyebab Banjir Rob Semarang, Kementerian PUPR Bantah Tanggul Tambak Mulyo Jebol
"Pada 23 Mei 2022, pukul 16.00 WIB tercatat tinggi pasang 210 cm," kata Ganis saat dikonfirmasi Kompas.com, Senin (23/5/2022).
Lantas, apa itu fenomena Perigee?
Mengutip laman lapan.go.id, fenomena Perigee merupakan kondisi di mana Bulan berada pada titik terdekat Bumi.
Kepala Bidang Diseminasi Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Emanuel Sungging, mengungkapkan biasanya akan terjadi Supermoon ketika Perigee.
"Memang biasanya Supermoon terjadi di sekitar Perigee," terang dia, Senin (13/7/2020).
Pengaruh Fenomena Perigee pada Pasang Surut Air Laut
Dikutip dari Kompas.com, sama seperti Bumi, Bulan juga memiliki gaya gravitasi yang bisa menarik benda-benda terdekatnya.
Gaya gravitasi Bulan tersebut menghasilkan gaya pasang surut.
Saat salah satu sisi Bumi berjarak dekat dengan Bulan, yang terlihat jelas ketika fenomena Bulan purnama, maka gravitasi Bulan akan menarik Bumi ke arahnya.
Efek Bulan purnama kemudian menghasilkan gravitasi Bulan yang juga akan menarik daratan.
Baca juga: Banjir Rob Landa Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Karyawan PT Lamicitra Dievakuasi
Baca juga: Tim SAR Evakuasi Seorang Ibu Hamil dari Kawasan Berikat PT Lamicitra Akibat Banjir Rob
Tetapi, gaya tarik Bulan hanya bisa dilihat menggunakan instrumen atau alat khusus.
Selain daratan, saat Bulan purnama terjadi, gravitasi Bulan juga menarik air laut.
Karena sifatnya yang mudah bergerak, gerakan air ke arah Bulan, atau yang ditandai dengan air pasang, menjadi mudah terlihat.
Namun ternyata, air pasang juga terjadi pada bagian Bumi yang berseberangan dengan Bulan.
Pasalnya, gaya pasang surut merupakan gaya diferensial.
Gaya pasang surut berasal dari perbedaan gravitasi di atas permukaan Bumi yang dihasilkan dari tarikan gravitasi Bulan di lokasi tertentu di Bumi dikurangi dengan tarikan gravitasi rata-rata Bulan di seluruh Bumi.
Rumus ini menghasilkan peregangan dan pemampatan di Bumi, sehingga muncul dua tonjolan pasang surut.
Itulah mengapa bagian Bumi yang berseberangan dengan bulan juga akan mengalami air pasang.
Akibatnya, wilayah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut setiap 24 jam 50 menit sekali yang juga disebabkan oleh bulan yang mengelilingi Bumi searah dengan putaran Bumi pada porosnya.
Baca juga: Banjir Rob Terparah Terjadi di Tambak Mulyo Semarang, Warga Butuh Dapur Umum dan Tempat Mengungsi
Baca juga: UPDATE Banjir Rob Semarang: Ribuan Pekerja Terdampak hingga Tindakan Ganjar Pranowo
Ketinggian Air di Tanjung Emas Capai 210 Cm
Limpasan air laut menyebabkan tergenangnya kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Senin (23/5/2022).
Kepada Stasiun Meteorologi Tanjung Emas, Semarang, Retno Widiyaningsih, menuturkan info pukul 16.00 WIB ketinggian air pasang mencapai 210 cm.
Air pasang saat ini dinilainya paling tertinggi.
"Itu bukan tanggul jebol. Tapi, airnya melewati tanggul. Tapi, kalau jebol saya belum terinfo," ujarnya.
Menurutnya, air laut melewati tanggul sekitar pukul 14.00 WIB.
Hal tersebut menyebabkan air menggenangi Pelabuhan Tanjung Emas dan Tambak Lorok.
"Tugu dan Mangunharjo juga sudah tergenangi," tutur dia.
Dikatakannya, air rob tersebut juga sudah menggenangi akses masuk kantor BMKG yang ada di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang.
Namun, air tidak masuk hingga dalam kantor.
Baca juga: Tim SAR Evakuasi Seorang Ibu Hamil dari Kawasan Berikat PT Lamicitra Akibat Banjir Rob
Baca juga: Ibu Kota Negara Pindah ke Kaltim, Kemendagri Sebut Jakarta Banjir
"Kantor BMKG tinggi tapi jalannya sudah tidak bisa dilewati," ujarnya.
Menurutnya, air pasang di Kota Semarang merupakan siklus rob pada akhir bulan Syawal.
Selain itu, juga jarak Bumi dan Bulan sangat dekat.
"Hal ini menyebabkan gravitasi Bulan sangat besar," tuturnya.
Tidak hanya itu, ia menuturkan fenomena gelombang air laut di perairan Jawa pemicu air pasang.
Ketinggian gelombang air laut kategori sedang yakni sekitar 1,25 hingga 2,5 meter.
"Air pasang diprediksi hingga tanggal 25 Mei 2022," tutur dia.
Retno menambahkan selain di Kota Semarang, air pasang berdampak di wilayah pantura.
Beberapa Kabupaten yang terdampak yakni Tegal, Kabupaten dan Kota Pekalongan, Kabupaten Demak, Pati, dan Rembang
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul BMKG: Ketinggian Air Pasang Capai 210 Sentimeter di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, TribunJateng.com/Rahdyan Trijoko Pamungkas, Kompas.com/Riska Farasonalia/Aisyah Sekar Ayu Maharani)