TRIBUNNEWS.COM - Sastrawan NH Dini meninggal dunia akibat kecelakaan pada Selasa (4/12/2018).
Wanita berusia 82 tahun ini mengalami kecelakaan di Tol Semarang saat menuruni turunan Gombel.
NH Dini meninggal pada pukul 16.30 WIB di IGD Rumah Sakit Elisabeth, Semarang.
Ia sebelumnya menjalani program rutin akupuntur atau tusuk jarum.
Baca: KABAR DUKA - Alami Kecelakaan, Sastrawan NH Dini Meninggal Dunia Selasa Sore
Dilansir Tribunnews.com dari Kompas.com, saat melewati turunan Gombel, mobil yang dikendarai tertimpa muatan truk yang ada di depannya.
Kepala Humas Rumah Sakit Elisabeth, Probowati Condronegoro membenarkan kejadian tersebut.
"Beliau meninggal dunia pukul 16.30 WIB saat berada di IGD rumah sakit Elisabeth," ujar Probo.
"Mobil yang dikendarai mengalami kecelakaan. Lalu korban dibawa ke IGD untuk diperiksa MRI," tambahnya.
Baca: Sastrawan NH Dini Meninggal Dunia karena Kecelakaan
Dilansir dari Wikipedia, berikut biografi singkat NH Dini:
Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau biasa dikenal NH Dini lahir di Semarang, 29 Februari 1936.
Beliau adalah sastrawan, novelis, dan feminis Indonesia.
NH Dini dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah.
Baca: Dipercaya Tulis Biografi Putri Diana, Sastrawan Ini Bongkar Sifat Mantan Istri Charles: Saya Kecewa
Beliau anak bungsu dari lima bersaudara, ulang tahunnya dirayakan empat tahun sekali.
Masa kecilnya penuh larangan.
Konon NH Dini masih berdarah Bugis.
NH Dini mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD.
Baca: Rumah Masa Kecil Sastrawan Pramoedya Ananta Toer akan Direvitalisasi Jadi Tempat Wisata Sastra
Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang merupakan ungkapan pikiran dan perasaannya sendiri.
NH Dini sendiri mengakui bahwa tulisan itu semacam pelampiasan hati.
Ibu Dini adalah pembatik yang selalu bercerita padanya tentang apa yang diketahui dan dibacanya dari bacaan Panji Wulung, Penyebar Semangat, Tembang-tembang Jawa dengan Aksara Jawa dan sebagainya.
Baginya, sang ibu mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk watak dan pemahamannya akan lingkungan.
Baca: Mengharukan, Keinginan Sastrawan Danarto Mengunjungi Makam Ibunya Tak Kesampaian
Sekalipun sejak kecil kebiasaan bercerita sudah ditanamkan, sebagaimana yang dilakukan ibunya kepadanya, ternyata Dini tidak ingin jadi tukang cerita.
NH Dini malah bercita-cita jadi sopir lokomotif atau masinis.
Tapi ia tak kesampaian mewujudkan obsesinya itu hanya karena tidak menemukan sekolah bagi calon masinis kereta api.
Kemudian, pada akhirnya NH Dini menjadi penulis, itu karena ia memang suka cerita, suka membaca dan kadang-kadang ingin tahu kemampuannya.
Baca: Sastrawan Danarto Meninggal Dunia Tertabrak Motor, Medsos Ramai Ucapan Doa dan Bela Sungkawa
Dalam kenyataannya ia memang mampu dengan dukungan teknik menulis yang dikuasainya.
Dini ditinggal wafat ayahnya semasih duduk di bangku SMP, sedangkan ibunya hidup tanpa penghasilan tetap.
Bakatnya menulis fiksi semakin terasah di sekolah menengah.
Masa itu, NH Dini sudah mengisi majalah dinding sekolah dengan sajak dan cerita pendek.
NH Dini menulis sajak dan prosa berirama dan membacakannya sendiri di RRI Semarang ketika usianya 15 tahun.
Baca: Meninggal Ditabrak Motor, Sastrawan Danarto Dibawa ke Rumah Duka Fatmawati
Sejak itu dirinya rajin mengirim sajak-sajak ke siaran nasional di RRI Semarang dalam acara Tunas Mekar.
NH Dini pernah meraih penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand dan sudah telanjur dicap sebagai sastrawan di Indonesia.
Padahal NH Dini sendiri mengaku hanyalah seorang pengarang yang menuangkan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaan terhadap lingkungan ke dalam setiap tulisannya.
NH Dini digelari pengarang sastra feminis.
Pendiri Pondok Baca NH Dini di Sekayu, Semarang ini sudah melahirkan puluhan karya.
(Tribunnews.com/Whiesa)