"Beberapa diantaranya gunungapi ada di laut dan pulau kecil yang dapat menyebabkan tsunami saat erupsi," terang Sutopo.
"Tentu ini menjadi tantangan bagi PVMBG, BMKG, K/L dan perguruan tinggi membangun peringatan dini," tambahnya.
Baca: Pasca Tsunami Banten dan Lampung, Pulau Sebesi Belum Bisa Ditembus, Jaringan Komunikasi Lumpuh
Menurut Sutopo, semua bencana seperti banjir, longsor, erupsi gunung api, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, dan puting beliung perlu sistem peringatan dini.
Sutopo juga mengatakan jika belum semua daerah yang rawan bencana ada sistem tersebut.
Padahal, sistem tersebut menurut Sutopo sangat penting bagi masyarakat untuk mengetahui informasi terhadap bencana.
Baca: 4 Kemungkinan Penyebab Tsunami di Selat Sunda Menurut Para Ahli
"Bencana lain seperti banjir, longsor, erupsi gunungapi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan, puting beliung juga masih perlu sistem peringatan dini," pungkas Sutopo.
"Belum semua daerah rawan bencana ada sistem peringatan dini. Yang bisa memberikan informasi kepada masyarakat sebelum bencana," ujar Sutopo.
Sutopo menjelaskan kejadian tsunami di Selat Sunda diakibatkan tidak adanya peringatan dini.
"Tidak ada peringatan dini tsunami di Selat Sunda pada 22/12/2018 malam. Tidak adanya peralatan sistem peringatan dini menyebabkan potensi tsunami tidak terdeteksi sebelumnya," kata Sutopo.
Baca: 8 Jenazah Korban Tsunami Banten dan Lampung Ditemukan di Kawasan PPI Bom Kalianda
"Tidak terpantau tanda-tanda akan datangnya tsunami sehingga masyarakat tidak memiliki waktu evakuasi," ungkap Sutopo.
Sutopo juga mengatakan, jika jaringan buoy yang ada di Indonesia sudah tidak beroperasi sejak tahun 2012 diakibatkan vandalisme (perusakan).
Tidak beroperasinya jaringan buoy tersebut juga diakibakan terbatasnya anggaran.
Baca: Sampaikan Duka untuk Tsunami Anyer, Kemenpar Segera Aktifkan TCC
Indonesia, menurut Sutopo, harus membangun kembali jaringan tersebut.
Selain tentang peringatan dini tsunami, Sutopo juga mengatakan jika erupsi Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (22/12/2018) malam bukan yang terbesar.
Pada periode Oktober - November 2018, Gunung Anak Krakatau pernah erupsi lebih besar hingga menyentuh Status Waspada Level 2.
(Tribunnews.com/Whiesa)