News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pilpres 2019

Tanggapan Sejumlah Pihak soal Debat Pertama Pilpres 2019, JK: Jangan Seperti Bimbingan Belajar!

Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Fathul Amanah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tanggapan sejumlah pihak soal Debat Pertama Pilpres 2019, Jusuf Kalla: jangan seperti bimbingan belajar!

TRIBUNNEWS.COM - Debat Pertama Pilpres 2019 yang berlangsung Kamis (17/1/2019) memicu tanggapan dari sejumlah pihak.

 Salah satu tanggapan muncul dari Wakil Presiden Jusuf Kalla yang menyoroti soal kisi-kisi atau bocoran pertanyaan dalam Debat Pertama Pilpres 2019.

Jusuf Kalla menganggap pemberian bocoran dan kisi-kisi mirip seperti bimbingan belajar untuk anak sekolah yang akan menghadapi ujian.

Tak hanya Jusuf Kalla, sejumlah pihak juga berikan tanggapan untuk Depat Pertama Pilpres 2019 yang digelar di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019).

Berikut tanggapan sejumlah pihak terhadap Debat Pertama Pilpres 2019 yang Tribunnews.com rangkum dari berbagai sumber.

Baca: Reaksi Cepat Prabowo saat Sandiaga Minta Diangkat Lagi ke Gerindra di Tengah Debat: Enggak, Jangan

1. Jusuf Kalla

Wakil Presiden Jusuf Kalla beri saran kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk tidak terlalu banyak memberikan bocoran soal di debat-debat selanjutnya.

"Jangan terlalu banyak bocoran soal. Bolehlah arahnya apa, tapi jangan terlalu (banyak bocoran) supaya lebih memberikan impact leadership," kata Wapres JK, dikutip Kompas.com dari Antara.

Hal itu bertujuan agar terlihat kemampuan capres dan cawapres dalam menjawab atau menanggapi pertanyaan secara spontan.

JK bahkan mengatakan bahwa debat semacam ini kadang-kadang tidak perlu persiapan.

"Ya sebaiknya jangan terlalu banyak (bocoran soal), pemimpin itu harus mengambil sikap pada waktu debat. Kadang-kadang tidak perlu persiapan. Diskusi ini harus mencerminkan itu. Kalau terjadi begini harus bagaimana," jelasnya.

JK mengaku sejak awal ia dengan tegas meolak kebijakan KPU terkait adanya bocoran soal debat.

Menurut JK, debat semalam terkesan seperti bimbingan belajar siswa untuk mengahadapi ujian sehingga harus diberi kisi-kisi.

Padahal, seharusnya debat menjadi kesempatan bagi masyarakat untuk menilai kompetensi para capres-cawapres untuk dapat dipilih pada Pilpres 2019.

"Ya soal yang dikasih 20, yang akan dipilih lima, jadi kayak bimbingan belajarlah gitu," ujarnya.

Baca: Sudirman Said: Janji Jokowi Memperkuat KPK tidak Terjadi, Malahan KPK Terus Menerus Diperlemah

2. Amien Rais

Dewan Pembina Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Amien Rais menyoroti Ma'ruf Amin dalam Debat Pertama Pilpres 2019 semalam.

Amien Rais menilai tidak ada yang menonjol dari cawapres nomor 01 Ma'ruf Amin.

Menurutnya, Maruf Amin lebih banyak mengeluarkan argumen yang normatif ketimbang substantif.

"Saya liat memang ada yang menonjol. yang menonjol itu hampir tak ada peran kiai Maruf Amin, saya melihat seperti itu," ujarnya di Hotel Bidakara Jakarta, Kamis (17/1/2019) malam.

Selain itu, Amien Rais mengaku merasa heran terhadap sikap Jokowi yang keluar dari topik dan konteks pembahasan.

"Ada adu argumen, soal Prabowo sebut kepala desa menyatakan dukungan dipenjara, Jokowi balas soal ratna Sarumpaet?," ucapnya.

Baca: Debat Perdana Usai, Sekjen PSI: Rakyat Bisa Lihat Mana yang Terbukti dan Hanya Silat Lidah

3. Akhmad Sahal

Intelektual muda Nahdatul Ulama, Akhmad Sahal bernadai-andai Mahfud MD mendampingi Jokowi sebagai wakil presiden.

Menurut Akhmad Sahal, jika Mahfud MD mendampingi Jokowi, jawaban yang diberikan pada saat debat akan lebih lugas.

4. Sudriman Said

Direktur Materi Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Sudirman menilai Prabowo terlalu santun dalam debat semalam.

Sudirman mengatakan, Prabowo sangat menjaga perasaan kompetitor debatnya, Joko Widodo.

"Saya sangat menghargai tapi juga menyayangkan, Pak Prabowo terlalu santun. Kurang, sangat menjaga perasaan dari kompetitornya, tapi itu kita hargai lah," kata Sudirman, dikutip dari Kompas.com.

Menurut dia, sikap santun yang ditunjukkan Prabowo, misalnya, ketika berbicara mengenai penegak hukum yang berafiliasi dengan politik.
Kenyataannya, Jaksa Agung saat ini berafilasi dengan partai politik tertentu.

Hal ini dinilai sebagai masalah besar.

"Di banyak daerah bercerita bahwa sampai harus pindah partai supaya tidak dikejar-kejar hukumnya. Itu kan sesuatu yang sebetulnya gamblang, tapi Beliau tadi sangat menjaga dan tidak menyerang," ujar Sudirman.

Meski demikian, menurut Sudirman, ke depannya tim kampanye tak akan mengubah gaya debat Prabowo.

BPN tetap melakukan evaluasi untuk debat selanjutnya.

"(Gaya debat) Tidak diperbaiki. Kan style itu tidak masalah, tapi pesannya nyampe," kata dia.

Baca: Debat Pertama Pilpres 2019 Usai Digelar, Ini Jadwal Debat Pilpres Selanjutnya

5. Raja Juli

Sekretaris Jenderal Partai Solodaritas Indonesia (PSI) sebut terlihat jelas mana pasangan calon yang sudah teruji dan yang hanya bersilat lidah.

"Melalui debat, rakyat diperlihatkan bedanya antara uang sudah teruji dan umbar janji. Yang mampu berbuat dan yang hanya bisa bersilat lidah," papar Raja Juli di Rumah Aspirasi, Jl Proklamasi, Jakarta Pusat.

Menurutnya, debat juga membuktikan mana orang yang tidak punya beban masa lalu dengan orang ‎yang pundaknya dibebani masa lalunya sendiri.

Baca: Jokowi Sebut Gerindra Calonkan 6 Mantan Napi Korupsi, ICW Catat 46 Nama Caleg 2019 dari Semua Partai

6. Dahnil Anzar Simanjuntak

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar sebut Jokowi tidak mencerminkan citra seorang negarawan.

Dahnil menyebut begitu, lantaran Jokowi terhitung beberapa kali menyerang sosok Prabowo secara personal.

"Bagi kita terlalu banyak serangan pribadi yang bukan cermin negarawan. Yang kita debatkan itu masalah-masalah negara," kata Dahnil seusai debat, Kamis (17/1/2019) malam.

Jokowi dianggap menyerang Prabowo dengan menyinggung enam calon legislatif Gerindra merupakan mantan napi koruptor.

"Padahal pak Jokowi lupa yang paling tertangkap korupsi adalah partai yang mendukung Pak Jokowi. Pak Jokowi lupa bahwa OTT KPK 60 persen didominasi partai pendukung Pak Jokowi," ujar Dahnil.

"Pernyataan Pak Jokowi itu seperti memukul air terpercik ke muka sendiri," pungkasnya.

Baca: 6 Pro Kontra 2 Kubu Soal Debat Capres Pilpres 2019: Skor 3-1, Perasaan SBY, hingga Kritik AHY

(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini