TRIBUNNEWS.COM - Anggota Exco PSSI, Gusti Randa menyebut bahwa tidak ada "mosi tidak percaya" untuk menggulingkan Ketua PSSI, Edy Rahmayadi.
Anggota Executive Commitee (Exco) PSSI, Gusti Randa menyebut bahwa tidak ada "mosi tidak percaya" dalam mundurnya Edy Rahmayadi.
Dalam acara "Mata Najwa : PSSI Bisa Apa Jilid 3" para narasumber ditanyai mengenai alasan mundurnya Edy Rahmayadi sebagai Ketua Umum PSSI.
"Tidak ada mosi tidak percaya dari para anggota Exco PSSI," ungkap Gusti Randa.
Di acara tersebut, Gusti Randa sebagai perwakilan PSSI dicecar pertanyaan mengenai pertemuan di Hotel Royal Kuningan.
Disebutkan dalam pertemuan di Hotel tersebut dibahas mengenai mosi tidak percaya oleh para anggota Exco.
Namun Gusti Randa membantah hal tersebut dan menyebutkan bahwa hanya ada pertemuan dari para asprov daerah dan membahas mengenai kelanjutan PSSI.
Baca: Ulang Tahun Ke-34, Inilah Arjen Robben dan Sederet Prestasinya
Gusti Randa juga membantah adanya pemberian uang seperti yang dituduhkan dalam pertemuan tersebut.
"Uang yang digunakan hanya sebagai ganti dari transportasi dan uang saku, itu hal yang fair bagi PSSI untuk melakukan hal tersebut." ujar Gusti Randa.
Dalam acara Mata Najwa tersebut disebutkan bahwa adanya uang sebesar 1000 Dollar Singapura yang diterima oleh para anggita PSSI yang datang ke pertemuan di Hotel Royal Kuningan.
"Soal tudingan bagi-bagi uang kalau cuma 1000 Dollar Singapura itu terlalu murah bagi voters untuk mengandalkan hak suaranya." ucap Gusti Randa.
Gusti Randa juga menyebut ada beberapa anggota Exco yang datang dalam pertemuan tersebut.
" Ada saya, Pak Jokdri (Joko Driyono), dan Haruna (Haruna Soemitro, Manajer Madura United) dan dalam pertemuan tersebut tidak ada uang yang diberikan." ujar Gusti Randa.
Keputusan Edy Rahmayadi mundur sebagai ketua umum dalam Kongres PSSI 2019 di Bali pada 20 Januari 2019 berarti Joko Driyono, selaku anggota paling senior dalam tubuh PSSI, akan menjabat sebagai Pelaksana Tugas ketua umum hingga Kongres Luar Biasa digelar.
Meski membutuhkan waktu transisi, Menpora meminta PSSI untuk tidak membuang-buang waktu. Permasalahan sepakbola Indonesia sudah terlalu rumit karena dibiarkan selama puluhan tahun belakangan.
Apalagi, PSSI tidak berdiri sendiri. Ada Satgas Anti-Mafia Sepakbola dari pihak kepolisian yang telah bekerja dengan cepat dan luar biasa. Kemenpora pun selalu siap memberikan bantuan demi kemajuan sepakbola nasional.
"PSSI harus segera melakukan identifikasi permasalahan-permasalahan sepakbola Indonesia agar tidak berlarut-larut dan menjadi masalah sistemik yang menghambat perkembangan sepakbola di Indonesia," tutur Menpora.
Baca: Sederet Ungkapan Pemain Diklat Gabung Tim Senior Persib Bandung, Belum Puas hingga Makin Pede
"Saya pikir kuncinya adalah keterbukaan. Sudah ada beberapa anggota PSSI yang ditetapkan sebagai tersangka pengaturan skor. Pembenahan ini harus semakin dikeraskan. Tidak perlu malu untuk mengajak pihak lain bekerja sama jika ingin benar-benar serius berbenah," tambah dia.
Dalam kesempatan yang sama, menteri asal Bangkalan itu juga menyoroti catatan prestasi timnas Indonesia di berbagai level umur sepanjang 2018 lalu. Hanya sedikit target yang mampu tercapai.
Prestasi tim nasional sangat erat kaitannya dengan sistem kompetisi nasional.
Menpora yakin, jika seluruh pemilik suara (voters) di PSSI mampu bersinergi dan mengenyampingkan kepentingan klub masing-masing, maka akan ditemukan sebuah visi terkait sepakbola Indonesia yang berlandaskan prestasi di masa mendatang.
Baca: Berita Persebaya, Kabar Rekrut 2 Pemain Asing hingga Kondisi Hansamu Yama
(Tribunnews.com/Gigih)