Mengenal Madden-Julian Oscilation, Gelombang Atmosfer Daerah Tropis & Dampaknya Bagi Cuaca Indonesia
TRIBUNNEWS.COM - Hujan lebat yang terjadi belakangan ini menyebabkan meningkatnya potensi bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia.
Seperti yang melanda Madiun, Ngawi hingga Ponorogo Jawa Timur baru-baru ini.
Dikutip Tribunnews.com dari akun Instagram @infobmkg, banjir yang melanda Madiun, Ngawi dan Ponorogo tersebut menunjukkan akumulasi curah hijan secara luas lebih dari 100 mm/hari.
Untuk pekan depan hingga awal dasarian ketiga Bulan Maret, masyarakat yang berada di wilayah Indonesia bagian tengah dan selatan, mulai Jawa Timur, NTB, Sulawesi selatan dan Papua masih perlu mewaspadai peningkatan intensitas hujan.
Hal itu disebabkan akibat terjadinya amplifikasi sirkulasi monsun oleh Madden-Julian Oscilation (MJO) fase basah yg berinterferensi dengan gelombang rossby ekuator.
Bila Madden-Julian Oscilation (MJO) menjalar ke arah timur, rossby ekuator (equatorial rossby) ini merambat dari timur ke barat.
Baca: Peringatan Dini BMKG: Wilayah Berpotensi Alami Cuaca Ekstrem Hari Ini hingga Lusa 8-10 Maret 2019
Lalu apa yang dimaksud dengan Madden-Julian Oscilation (MJO)?
Berikut penjelasan lengkap dan dampaknya terhadap cuaca di Indonesia dikutip Tribunnews.com dari akun Instagram @infobmkg.
Madden-Julian Oscilation atau MJO merupakan gelombang atmosfer di wilayah tropis yang tumbuh dan berkembang di Samudera Hindia.
Diakibatkan adanya interaksi atmosfer dan lautan secara global dengan periode 30 hingga 90 hari dan bergerak merambat ke arah timur.
MJO memiliki dua fase yaitu fase basah (konvektif) dan fase kering.
Kedua fase tersebut menghasilkan perubahan yang bertolak belakang terhadap kondisi curah hujan di wilayah terdampak.
Baca: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Besok Sabtu 9 Maret 2019, Waspada Hujan Petir di Surabaya Siang Hari
Lalu bagaimana dampak Madden-Julian Oscilation (MJO) terhadap cuaca di Indonesia?
Ketika fase basah MJO memasuki wilayah Indonesia, MJO akan memberikan pengaruh dalam meningkatkan suplay uap air.
Hal ini akan memberikan kontribusi pada pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.
Sementara apabila fase basah MJO memasuki wilayah Indonesia bersamaan dengan periode musim penghujan, maka akan berdampak terhadap peningkatan intensitas curah hujan di wilayah Indonesia yang dilewatinya.
(Tribunnews.com/Fathul Amanah)