Anton Lundin Petterson kemudian meninggal akibat luka tembak yang diterimanya selama penangkapannya.
Guru kedua yang terluka meninggal di rumah sakit pada 3 Desember 2015, enam minggu setelah serangan.
Serangan itu merupakan serangan paling mematikan terhadap sebuah sekolah dalam sejarah Swedia.
Penyelidikan awal polisi menyimpulkan bahwa Pettersson termotivasi oleh rasisme dan telah memilih sekolah sebagai sasarannya karena lokasinya di lingkungan dengan populasi imigran yang tinggi.
Menurut media Swedia Aftonbladet, ia telah mengunjungi kelompok ekstremis sayap kanan di situs media sosial yang mendukung Adolf Hitler dan Nazi Jerman.
Ia juga bergabung dengan grup di Facebook yang ingin menghentikan imigrasi ke Swedia.
Pettersson tidak memiliki catatan kriminal dan bukan anggota organisasi politik mana pun, tetapi mendukung petisi oleh Demokrat Swedia untuk memulai referendum imigrasi.
Ia meninggalkan catatan tulisan tangan di rumahnya di mana ia menyatakan bahwa sesuatu harus dilakukan tentang imigrasi, dan bahwa ia tidak berharap untuk selamat dari keributannya.
Baca: Kisah Pilu Korban-korban Brenton Tarrant, Sebelum Ditembak Malah Ucapkan Halo Saudaraku
2. Alexandre Bissonette
Nama Alexandre Bissonette di Wikipedia terkait dalam kasus penembakan masjid di Kota Quebec, Kanada.
Kasus itu termasuk serangan teroris dan penembakan massal yang terjadi pada malam tanggal 29 Januari 2017 di sebuah masjid di Sainte-Foy lingkungan Kota Quebec, Kanada.
Kawasan tersebut merupakan pusat kebudayaan Islam di Kota Quebec.
Enam jamaah terbunuh dan sembilan belas lainnya terluka ketika seorang pria bersenjata melepaskan tembakan tepat sebelum jam 8:00 malam, tak lama setelah shalat subuh berakhir.
Lima puluh tiga orang dilaporkan hadir pada saat penembakan.