Suharso Monoarfa diangkat sebagai pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP menggantikan Romahurmuziy yang terjaring OTT KPK. Ia optimis PPP dapat menembus ambang batas parlemen, 4 persen meski hasil survei Litbang Kompas, elektabilitas PPP hanya 2,7 persen.
TRIBUNNEWS.COM - Suharso Monoarfa diangkat sebagai pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum PPP menggantikan Romahurmuziy yang terjaring OTT KPK.
Mengemban tugas sebagai Plt Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa optimis partainya dapat menembus ambang batas parlemen (parliamentary threshold) yakni 4 persen di Pemilihan Legislatif ( Pileg) 2019.
Berdasarkan hasil survei Litbang Kompas periode 22 Februari - 5 Maret, elektabilitas Partai Persatuan Pembangunan ( PPP) hanya 2,7 persen.
Baca: Profil Suharso Monoarfa Pengganti Romahurmuziy Sebagai Pelaksana Tugas Ketua Umum PPP
Untuk menaikkan elektabilitas PPP menjadi 4 persen, Suharso mengaku telah mempersiapkan strategi khusus.
"Saya fasilitator supaya partai ini bergerak, partai ini eksis dan memenangkan, memenuhi syarat parlementary threshold.
Saya yakin dengan kader-kader yang luar biasa, saya kira harus bangkit," kata Suharso dalam Muswarah Kerja Nasional PPP di Hotel Seruni, Bogor, Rabu (20/3/2019) malam, dilansir Kompas.com.
Untuk mencapai itu, dirinya akan fokus mengonsolidasikan jajaran partai.
Suharso mengatakan sejumlah langkah sudah disiapkan menjelang perhelatan Pemilu Presiden dan Legislatif yang sudah semakin dekat.
"Jelang pemilu ini suatu hal yang darurat juga PPP, sejauh apa konsolidasi disiapkan jelang pilpres dan pileg," katanya.
Caleg maupun para politisi PPP, lanjut dia, tak akan terus berkutat pada kesedihan apalagi menambah masalah.
Suharso malah optimis yakin partai ini akan lolos ambang batas parlemen sebesar empat persen.
Baca: Suharso Monoarfa Bingung Jawab saat Najwa Shihab Tanya Soal 2 Ketum PPP yang Ditangkap KPK
"Beliau (Ketua Majelis Syariah PPP Maimoen Zubair atau Mbah Moen) minta supaya partai ini gerak dan eksis," tuturnya.
Oleh sebab itu dirinya akan merangkul seluruh kader dan sayap partai versi Djan Faridz untuk bergabung kembali menyatukan memperkuat PPP.
"Sudah tidak ada dua kubu sejak 2016. Jadi secara legal formal, kami (PPP) itu hanya satu," ungkapnya.
Suharso menilai saat ini konsentrasi partai sedang terpecah dengan sejumlah masalah.
Satu di antaranya terkait Romahurmuziy yang diberhentikan sebagai Ketua Umum PPP karena kasus korupsi.
Oleh karena itu, ia ingin memastikan jajaran partai merapatkan barisan.
"Partai ini bisa tidak punya konsentrasi untuk menghadapi agenda politik yang luar biasa ini. Kita harus mempertahankan diri eksis di dalam kancah politik nasional ini," ujarnya.
Suharso mengakui memperjuangkan keberadaan dan kesuksesan partai merupakan hal yang berat.
Ia juga menilai militansi jajaran partai menurun.
Baca: Survei Litbang Kompas: PSI Partai Baru Paling Ditolak Masyarakat
Oleh karena itu, ia meminta jajaran partai untuk bangkit dan bekerja lebih keras.
Ia mengingatkan, PPP memiliki kiprah yang baik di peta politik Indonesia.
"Mari kita buktikan pada tanggal 17 April itu. Kita buktikan, sejarah panjang kita footprint kita di dalam kancah politik."
"Hanya dengan itu kita bisa bangkit kembali," ungkapnya.
Suharso berjanji akan terjun langsung ke berbagai daerah untuk menarik dukungan suara dari masyarakat.
Ia ingin memastikan apakah mesin partai bekerja maksimal di daerah.
"Saya ingin tahu apakah saudara-saudara bekerja betul, hanya dengan cara check and recheck itu. Mudah-mudahan itu bagian dari tugas utama saya untuk 17 April mendatang," katanya.
Baca: Tanggapan Sejumlah Pihak Parpol terhadap Hasil Survei Litbang Kompas, Demokrat Sedih dan Kecewa
Survei Litbang Kompas yang menunjukkan elektabilitas PPP 2,7 persen itu dilakukan terhadap 2.000 responden dan dilakukan dengan wawancara tatap muka.
Responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia.
Menggunakan metode ini, tingkat kepercayaannya sebesar 95 persen dan margin of error berada pada 2,2 persen.
(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)