Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sutradara Rudi Soedjarwo mengangkat tema bullying dalam film besutannya berjudul "Pasukan Kapiten" untuk menghadirkan kesadaran berbagai pihak bahwa peristiwa tersebut mewarnai kehidupan pergaulan anak-anak di Indonesia. Bahkan, secara pribadi ia pernah mengalaminya.
"PasukaN Kapiten" pun lahir sebagai film hiburan bagi keluarga yang memiliki pesan moral tentang persahabatan, keberanian, kekeluargaan, serta mengajarkan anak-anak untuk berani karena benar melawan kekerasan.
Alfani Wiryawan, Produser film itu, menuturkan bawa kekerasan di kalangan anak muda semakin kelewat batas. Karena itu, film bertema bullying bisa jadi satu kampanye untuk melawan kekerasaan tersebut. Media film dipilih karena akan lebih mudah mengajarkn tentang anti kekerasan kepada anak-anak karena bahasa visual lebih mudah dipahami.
"Pasukan Kapiten" nantinya akan diputar serentak di bioskop pada, 6 Desember 2012. Film itu, juga menjadi tontonan alternatif untuk anak-anak di masa liburan akhir tahun.
Bagaimanakah jalan ceritanya? Yuma (Cahya Saputra) nampaknya tidak punya pilihan. Ia harus melawan rasa takutnya mengambil layangan putus milik Omar yang tersangkut di dahan pohon, yang terletak di sebuah rumah "angker" itu. Kalau tidak, Omar (Omara Esteghlai) menghadiahinya bogem mentah.
Yuma kemudian memanjat pagar rumah yang dihuni oleh seorang pria tua (Andi Bersama) itu. Ia mengendap-endap masuk lewat jendela. Sikapnya penuh waspada. Namun, jantungnya berdegup kencang karena melihat perabotan berdebu dan tak terurus yang semakin menegaskan bahwa rumah itu seolah-olah berhantu.
Namun, aksinya ketahuan oleh penghuni rumah. Seorang pria tua berusaha meringkusnya. Yuma sangat ketakutan. Ia lantas berusaha menghindar. Badannya yang berukuran kecil membuatnya lincah bergerak. Ia berhasil meloloskan diri dari sergapan.
Si pria tua mendadak jatuh pingsan. Tubuhnya tergeletak di lantai. Yuma yang sempat menoleh ke belakang, langsung berhenti dari upaya pelariannya. Hatinya pun tergerak untuk menolong si pria tua. Meskipun, sebetulnya, ia masih dilanda perasaan ketakutan.
Dari situlah, persahabatan antara Yuma dan pria tua tersebut berjalin. Si pria tua memperkenalkan dirinya kepada Yuma sebagai seorang veteran perang kemerdekaan. Pangkat terakhirnya jenderal. Yuma kemudian mencurahkan kegundahaannya karena selama ini diintimidasi oleh anak bernama Omar.
Yuma menuturkan kepada pria tua itu, bahwa Omar adalah jagoan. Semua anak di komplek tempat tinggalnya itu, takut kepadanya. Bahkan, seorang anak yang jago silat pernah dikalahkannya dalam sebuah duel.
Prihatin dengan kondisi Yuma, pria tua itu, mengajarkan arti keberanian. Yuma mulai belajar bela diri dari si kakek. Ia giat berlatih supaya bisa mengalahkan Omar.
Setelah melewati proses latihan keberanian Yuma pelan-pelan terkumpul. Ia sempat melawan Omar ketika bertemu di persimpangan jalan. Tetapi, tetap saja Omar lebih unggul darinya. Tubuh Omar lebih besar. Diukur dari tenaganya, Omar juga jauh lebih kuat.
"Kalau tidak bisa pakai otot, lawan pakai otak," ucap si kakek sembari menunjuk jidatnya.
Si kakek mengajarkannya untuk mengalahkan Omar dengan kecerdikan. Mereka kemudian mengatur strategi untuk mengalahkannya. Upaya tersebut mendapatkan dukungan dari teman-teman yang bernasip serupa dengannya.
Merasa sudah saatnya bangkit melawan Omar, Yuma bersama sahabatnya Saleh (Bintang Panglima) dan Asti (Adrina Puteri Syarira)mengatur strategi untuk memberikan pelajaran kepada Omar beserta gengnya. Yuma dan kawan-kawan ingin membuat efek jera.
Sementara itu, terkuaklah sisi lain kehidupan Kakek Sudirman yang tidak diketahui para tetangga. Ternyata sang kakek mempunyai seorang anak laki-laki, Widodo, yang telah memutuskan hubungan dengannya.
Klik Tribun Jakarta Digital Newspaper