TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hentakan perpaduan musik R&B dan funk mengiringi seorang pria ke panggung. Rambutnya yang gondrong dibiarkan tergerai. Ia mengenakan topi fedora hitam dan setelan pakaian berbahan tipis.
Dari gerak tarinya, ia terlihat seperti Raja Pop, Michael Jackson. Namun, ternyata ia tak mengolah suaranya. Pria kurus tersebut malah menyalakan api di sebuah kotak kayu, menutupnya dengan kain hitam dan memunculkan wanita jelita dari dalamnya.
Itulah Paul Cosentino, pesulap asal Australia yang dijuluki Michael Jackson yang bermain sulap. Pria berumur 31 tahun itu adalah juara kedua Australia's Got Talent 2011, ajang pencarian bakat yang dipelopori produser musik dari Inggris, Simon Cowell.
Ia tampil untuk pertama kalinya di Indonesia, pada peluncuran stasiun RTL-CBS di jaringan televisi berbayar K-Vision, Kamis (25/9)/2014. Aksi-aksi Cosentino juga bisa dinikmati program Grand Illusionist di K-Vision.
Meski terinspirasi oleh pionir escapology Harry Houdini (1874-1926), Cosentino yang termasuk generasi Y lebih dulu mengenal Michael Jackson (1858-2009). Ia mengaku mulai melihat aksi Michael sejak berusia sembilan tahun, sedangkan sosok Houdini baru dikenalnya melalui sebuah buku tiga tahun berselang.
Ia kemudian memadukan karakter kedua idolanya itu menjadi ciri khasnya. "Michael adalah entertainer sejati. Saya ingin diingat sebagai seorang entertainer, bukan hanya seorang illusionist," katanya kepada Tribun di Le Meridien, Jakarta.
Kemampuan menari Cosentino juga tak meragukan. Ia memenangi Dancing With The Stars akhir tahun lalu. Di saat yang sama, Cosentino meraih gelar International Magician of the Year.
Cosentino kerap mempertontonkan aksi berbahaya. Meski mengaku takut pada kematian, ia yakin hal itu tak akan terjadi ketika ia menjalankan pekerjaannya.
"Saya menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan trik berbahaya. Kami sudah mengkalkulasi hal-hal yang akan terjadi," katanya.
Cosentino telah menderita cedera ringan hingga patah tulang saat menjalankan aksinya. Namun, seperti olahraga sky diving, ia berkata, para atlet pasti telah memiliki patokan ketinggian yang mereka dapat atasi. Tak berhenti di situ, mereka pasti terus menambah batas ketinggian.
Menangkap peluru adalah aksi yang hingga saat ini belum dapat dilakukannya. Meski terdengar mustahil, ia yakin dapat menampilkan atraksi tersebut suatu saat.
"Pekerjaanku adalah membuat hal yang mustahil menjadi mungkin dilakukan. Ilusionist selalu menggabungkan kemampuan fisik, psikologi dan ilmu pengetahuan," tuturnya.
Terkadang walaupun kalkulasi suatu trik 50 berbanding 50, Cosentino tetap nekat melakukannya. "Tak hanya yang 90:10. Penonton akan semakin bergairah melihat trik yang berbahaya."
Peralatan Sulap Buatan Ayah