News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pementasan Opera TIM, Refleksikan Pengelolaan Kesenian

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pendiri Swargaloka Art and Culture Foundation Drs. Suryandoro (Kiri) dan sutradara Sudibyo JS, ketika memberikan keterangan pers di hadapan wartawan.

TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Karya seni diharapkan dapat memberi pencerahan dan penyadaran kepada masyarakat.

Menjadi instrumen bagi perubahan, transformasi, kepedulian, aksi dan keadilan sosial.

“Sehingga kesenian dapat menjadi tulang punggung untuk mempererat kehidupan yang lebih baik, bahagia, tenang, teduh dan harmonis,” kata pendiri Swargaloka Art and Culture Foundation, Drs. Suryandoro, kepada Wartawan, di sanggarnya di Cilangkap, Cipayung Jakarta Timur, tadi malam.

Budaya manusia sesuai kodratnya, kata Suryandoro, mengalami perubahan.

Namun peran kesenian menurutnya, tidak akan pernah berubah dalam tatanan kehidupan manusia.

“Sebab, melalui media kesenian, makna harkat menjadi citra manusia berbudaya semakin jelas dan nyata. Dan seni harus bisa menjadi bagian dari usaha pendidikan moral yang dapat membangkitkan rasa keadilan,” ungkap Sarjana Seni Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.

Nilai-nilai kearifan seni inilah, kata Suryandoro, kemudian dikemas dalam bentuk pementasan bertajuk “Opera TIM” yang akan digelar di Graha Bhakti Budaya – Taman Ismail Marzuki (GBB-TIM), Sabtu 9 Mei 2015 mendatang, pukul 20.00 WIB.

Menurut sutradara pementasan ini, Sudibyo JS, Opera TIM (Taman Ismail Marzuki), adalah refleksi atas kekisruhan sistem pengelolaan TIM yang selama ini berfungsi sebagai pusat pengembangan seni dan kebudayaan.

Selama puluhan tahun TIM telah dikelola Pusat Kesenian Jakarta (PKJ-TIM).

Namun Peraturan Gubernur DKI Jakarta, Nomor 109 Tahun 2014, mengubah PKJ-TIM menjadi Unit Pengelola (UP) yang secara teknis di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

“Persoalan pengelolaan PKJ-TIM bukan saja menyangkut kemampuan teknis pengelolaan belaka. Tetapi terkait juga dengan masalah strategi kebudayaan, ideologi, kuratorium, program acara, ruang kreatif, kepercayaan stakeholder, dan berbagai dampak yang ditimbulkan,” kata sutradara, lulusan Penyutradaraan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini.

Sejak awal pendirian PKJ TIM, kata Sudibyo JS, Ali Sadikin telah mengingatkan bahwa birokrat tidak boleh ikut campur urusan PKJ TIM.

Para seniman itulah yang mengerti apa dan bagaimana kesenian harus dikelola.

Seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan tata kelola kenegaraan, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011, melarang pemberian dana hibah yang terus menerus.

Sehingga PKJ TIM yang selama ini menikmati dana hibah harus mengalami penyesuaian bentuk kelembagaan untuk memperoleh dana APBD.

“Opera TIM” imbuh Sudibyo JS, merupakan respon para seniman untuk menjembatani kesenjangan pemikiran dan proses pelaksanaan pengelolaan TIM di lapangan. Opera ini dikemas dengan gaya komedi segar, santai, cerdas, dan menghibur. Diproduksi oleh Swargaloka Art and Culture Foundation.

Didukung para aktor dan aktris dedikatif, dari berbagai komunitas film dan teater, serta mahasiswa Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Naskah ditulis Sudibyo JS dan Hendra G. Lukito, Artistik dipercayakan kepada Ade Yoyo, Musik digarap Anto Genggong, serta Suryandoro bertindak sebagai Produser.

“Selain suguhan dalam bentuk opera, program ini juga akan saya lanjutkan dengan penelitian ilmiah dan dibukukan. Sehingga kelak dapat menjadi buku yang berguna bagi kehidupan seni budaya bangsa,” ujar Sarjana S2 Kajian dan Penciptaan Seni Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, yang kini tengah menempuh Program Doktor Kajian Budaya, di Universitas Padjadjaran Bandung.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini