Dari beberapa kali pertemuan, Yogo dan Budi sempat berbincang soal penyakit yang dihadapi sang komedian. Yogo mengaku tak mengetahui secara pasti diagnosis penyakit Budi.
"Yang jelas masalahnya di paru-paru. Awalnya, kata dia, abis syuting terasa sesak. Dia bilang ada cairan di paru-paru, seminggu dua kali harus disedot. Tapi terakhir, dia menolak ke medis," kenang Yogo atas perbincangannya dengan sang komedian.
Keluarga pasien lain yang juga sempat berbincang dengan Budi adalah Asep Hendra. Pria warga Ciamis, Jawa Barat ini ingat betul berbincang dengan Budi pada 28 September 2015 silam.
"Saat itu di basement. Saat itu, kalau tak salah dia tengah persiapan CT Scan. Dia bilang keluhannya sesak, tapi belum tahu penyebabnya," ujar Asep.
Dari perbincangannya selama sekitar 15 menit, Asep merasa Budi Anduk merupakan sosok yang ramah dan apa adanya.
Status Budi sebagai seorang pesohor, kata Asep, tak menjadi halangan bagi Budi untuk tetap bisa berinteraksi terhadap siapapun.
"Saya tanya pakai pribadi atau BPJS? Dia bilang, 'BPJS lah'. Saya bilang, rasa kekeluargaan di Dharmais erat antarkeluarga pasien, jadi bisa saling membantu dan menguatkan. Pasien dan keluarga pasien Dharmais merupakan pejuang-pejuang tangguh yang berjuang untuk hidup," ujar Asep.
Budi Anduk meninggal di usia 47 tahun. Ia diketahui mengawali kariernya dalam industri hiburan sebagai figuran acara televisi Ngelaba (Patrio) pada 1996.
Namanya dikenal masyarakat luas berkat aktingnya dalam program komedi situasi Tawa Sutra dan acara televisi Untung Ada Budi.
Ia telah membintangi film-film layar lebar, yakni Tiren: Mati Kemaren, Tulalit, Ku Tunggu Jandamu (2008), Pesantren & Rock n' Roll (2011), dan ABG Jadi Manten (2014).