TRIBUNNEWS.COM - Masih ingat dengan Sulis, penyanyi cilik yang kerap melantunkan shalawat Nabi?
Ya, di awal-awal tahun 2000-an Sulis adalah penyinyi yang kerap muncul setiap ramadan datang.
Duetnya dengan Haddad Alwi begitu digemari tak hanya anak-anak seusianya tapi juga orang dewasa.
Bagaimana kabar penyanyi imut nan cantik itu sekarang?
Seperti diketahui sejak tak berduet lagi dengan Haddad, Sulis sudah jarang tampil di TV.
Meski tak sesering dulu, Sulis tetap menyanyi, dan yang pasti dia tetap bernyanyi lagu-lagu religi.
Bahkan pada puasa tahun ini, Sulis menyambutnya bukan di Indonesia melainkan di Korea Selatan.
Ya, Sulis menghadiri undangan Indonesia Culture and Bussines Expo di sana.
Kabar mengejutkan yang lainnya ternyata Sulis sudah menikah pada 2014 lalu.
Sulis menikah dengan seorang pria bernama Alfin Febryan.
Dalam sebuah postingannya di instagram, @suliszehra, pendiri Cinta Rasul Manajemen ini curhat soal suka duka menjadi ibu rumah tangga.
Dalam postingan itu Sulis memajang kutipan tentang kekaguman banyak orang soal wanita canti mandiri, namun mengabaikan ibu rumah tangga biasa.
Kutipan itu berbunyi, "Ada cewekcantik jadi penambal ban, anda kagum. Ad wanita ayu jual sayuran, anda terpesona. Ada perempuan manis jadi tukang ojek, anda terkesima. ada istri di rumah yang megerjakan semua pekerjaan, anda diam saja,".
Sulis kemudian menulis: Salah seorang guru mengirimkan tulisan ini pagi-pagi tadi..semoga menjadi pencerahan buat kaum lelaki yg mungkin selama ini kurang menyadari hal istimewa yg ada di dekatnya..yg mengorbankan dan mengikhlaskan banyak dr dirinya untuk melayani suami, anak, dan keluarganya..mungkin timbul perasaan tidak lagi istimewa apa-apa yg dikerjakan oleh istri karena setiap hr suami melihat sang istri melakukan rutinitasnya, sehingga tampak biasa-biasa saja..tp boleh jg dicoba sesekali peran istri yg mengerjakan segala hal dirumah, dilakukan oleh suami..bangun subuh, memasak untuk bekal anak dan suami ke kantor, menyiapkan keperluan suami bekerja, keperluan anak sekolah, belum lagi mengantar dan menjemputnya sekolah, ada juga yg mngkin punya bayi di rumah, dan harus pergi ke pasar, menyapu, mengepel, mencuci, menyetrika, membereskan mainan2 anak, merapikan kamar, dan belum lagi dengan datang perginya problematika rumah tangga..belum lg persoalan antara suami istrinya sendiri..ya Allaah...mudah2an kita semua punya suami yg sayang selalu sm kita, yg bekerjasama, yg senantiasa menghargai kita sebagai istrinya, sehingga rumah tangga yg sakinah didapatkan oleh kita semua..semoga yg belum menikah, kelak memiliki suami / istri yg saling bermanfaat satu sama lain ya..saling membahagiakan, niscaya ridho Allah kita akan raih bersama dengan suami / istri kita..insyaAllah..wallaahua'lam .. Love u dear husband @alfin_febryan.. Nasihat di atas itu tidak hanya untuk yg lain..tetapi jg untuk mengingat sulis sendiri sebagai istri dan suami agar selalu satu sama lain saling berbudi sampai nanti mati.. Amiien..#pencerahan #inspirasi".
Dari Keluarga Miskin
Sulis terlahir dengan nama Sulistyowati pada 23 Januari 1990 di Sangkrah, sebuah kampung di pinggir sungai Bengawan Solo, Solo, Jawa Tengah.
Rumahnya hanya berukuran 4x4 meter yang disekat menjadi dua bagian.
"Yang depan dipakai untuk ruang tamu, yang satu lagi kalau siang ruangannya buat makan dan malam dipakai untuk tidur. Toiletnya nggak ada, jadi kita pakai MCK umum di sungai," kenangnya.
Setiap pulang sekolah, Sulis giat belajar mengaji di TPA Al-Ihya bersama puluhan anak sekampungnya.
Di TPA itu tak hanya diajarkan mengaji, tapi juga bernyanyi dan bersalawat.
Ia pun mengaku senang lantaran memang hobi bersenandung.
Jika ayahnya pulang dari bekerja, Sulis selalu diminta bernyanyi. Ia kerap diminta menyanyikan lagu Siti Nurhaliza, 'Betapa Kucinta Padamu'.
"Itu lagu favorit ayahku. Kalau capek pulang kerja pasti minta dinyanyikan lagu itu. Ayah kerja jadi supir pribadi orang. Kalau malam jadi tukang becak untuk cari uang tambahan buatku dan kakak-kakak sekolah," tuturnya.
Karena bakatnya bernyanyi itu, di usianya yang masih 9 tahun Sulis diajak berduet oleh Haddad Alwi, seorang musisi Islam di Solo, dan pergi ke Yogyakarta untuk rekaman.
Ketika itu ia mengaku awalnya minder dan takut hingga akhirnya harus ditemani sang ibu.
Usai rekaman, anak pasangan Sumadi dan Siti Satinem itu menangis lantaran tak percaya dengan hasil suaranya sendiri.
“Waktu itu Kak Haddad nanya, Sulis kenapa nangis? Aku bilang, itu bukan suara aku,” kisahnya.