TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Rumah Mamiek Slamet Pamuji di perumahan Permata Bonang Jalan Sanur Blok D 2 1A tampak sederhana.
Sejumlah piagam penghargaan dan foto dirinya bersama personel Koes Plus, antara lain, Yok Koeswoyo, Nomo Koeswoyo, dan Yon Koeswoyo dipajang di dinding ruang tamu.
Bersebelahan dengan ruang tamu, ruang seperti garasi digunakan untuk bermain band bersama personel Mick Donovan Band.
Minggu (7/8/2016) menjelang siang, personel band tersebut menggelar latihan untuk persiapan undangan pernikahan di gedung ITS Surabaya.
Latihan kali ini, ia memperagakan nggebuk drum band sambil menyanyi dan melukis. Tak seperti drummer pada umumnya, pria asli Tuban yang sehari-hari bekerja sebagai PNS di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dindikpora) Kabupaten Tuban itu telah mengasah keahliannya sejak dua tahun lalu.
Di kalangan pemusik Tuban, nama Mamiek yang kini sudah berumur 57 tahun itu tak asing lagi. Lima band digawanginya. Namun, saat ini, ia tak hanya menjadi penggebuk drum saja.
“Sudah enam kali saya tampil diacara undangan, ngedrum (menggebuk drum band) sambil menyanyi dan melukis,” kata bapak dua anak ini saat ditemui di rumahnya.
Mamiek mencoba melakukan pekerjaan yang tak lazim bagi kalangan penggebuk drum lain karena ingin mencari keunikan. Yakni, menggebuk drum band sambil menyanyi dan melukis yang belum pernah muncul di publik. Kepada SURYA.co.id, Mamiek menunjukkan kepiawaiannya itu.
Dua lembar kertas warna putih bersebelahan dengan drum telah siap digoresi dengan pensil-pensil warna. Sekali menggebuk drum, Mamiek mulai menggoreskan pensil-pensil tersebut ke kertas.
Kaki dan tangan Mamiek tampak lihai memainkan drum sekaligus melukis. Dua kegiatan itu diiringi suaranya yang lantang menyanyikan lagu-lagu Koes Plus.
Hanya dalam waktu sekitar sembilan menit 35 detik, dua lukisan yang dilakukan sambil menyanyikan dua lagu pun selesai dibuatnya. Satu lukisan berupa sketsa wajah dirinya dikerjakan dalam waktu tiga menit 25 detik sembari menyanyikan lagu ‘Tangisan Hati’.
Lukisan kedua, pemandangan rumah serta pepohonan dikerjakan sembari menyanyikan lagu ‘Glodok Plasa Biru’ berdurasi enam menit 10 detik.
Uniknya, lukisan terakhir digambar dengan cara terbalik. Lukisan itu akan tampak normal ketika pria yang senang dipanggil Mick Donovan-sebagai penggemar pelukis Florent Donovan-itu menyelesaikan lalu membaliknya.
“Saya harus memecah kosentrasi, bermain drum, melukis dan bernanyi sekaligus. Setelah tugas saya selesai, rasanya capek sekali. Saya membawa empat beban sekaligus,” tuturnya sembari mengaku belum puas dengan hasil karyanya itu.
Selesai melukis, cucuran keringat terlihat di seluruh wajahnya. Kelelahan tampak pada wajahnya. Pencipta album ‘Gebyar Santri Bumi Wali’ itu kemudian duduk sambil menyandarkan tubuhnya di kursi lain.
Pekerjaan tak lazim itu awalnya dilakukan dengan cara coba-coba. Sebelum menggeluti dunia musik puluhan tahun lalu, Mamiek merupakan seorang perupa.
Setahun lalu, saat diundang acara halal bi halal, Mamiek juga memperagakan hal yang sama. Kala itu, ia menggebuk drum sambil melukis seorang perempuan.
“Dulu saya senang melukis, setelah itu saya yertarik dengan musik. Saya berfikir, bagaimana bermain musik sambil melukis. Akhirnya sekarang ketemu,” beber anak seniman ketoprak dan penyuka lagu nostalgia ini.
Di masa yang akan datang, lulusan STM Negeri 1 Tuban tahun 1984 itu ingin ngedrum sambil menyanyi dan melukis seorang penari.
Tentunya, penari yang diinginkan sedang memperagakan tarian di hadapannya. Baginya, pekerjaan tersebut membuatnya senang. Mamiek ingin berkarya hingga akhir hayatnya.
“Saya merasa asyik. Saya merasa bisa menemukan diri sendiri. Insya Allah, kalau diberi umur panjang, saya akan terus berkarya,” imbuh bapak Gebyar Berlian Nusantara dan Gebyar Raya Khatulistiwa ini.