Misalnya saat di Semarang mengajak seniman Totok Ngesti untuk lagu “Enthit” (Anjar Any). Meski hanya satu lagu, tapi cukup sebagai oase kejenakaan.
Hal yang sama mesti harus dilakukan dengan mengajak seniman setempat misalnya untuk konser di Jakarta, Bandung dan Denpasar yang penontonnya bukan saja saja dari etnis Jawa.
Apa yang dilakukan Utami pada konser ini adalah sumbangsih kecil bagi dunia musik keroncong di Indonesia. “Karena musik keroncong adalah musik asli dari Indonesia. Apa yang saya lakukan ini agar bisa menjadi inspirasi bagi seniman terutama generasi muda agar musik keroncong tidak saja dikenal di Indonesia tapi juga di dunia,” kata Indra Utami Tamsir.
Indra Utami Tamsir datang pada saat yang tepat, yakni ketika musik keroncong semakin tak mendapat tempat di industri musik Indonesia. Setidaknya ia bisa menambah deret penyanyi keroncong wanita papan atas negeri ini, setelah Waljinah, Sundari Sukotjo atau Tuti Tri Sedyo.
Sebagaimana yang didendangkan pada lagu karya Budiman BJ “Segenggam Harapan”, apa yang dilakukan Utami dalam konser ini adalah segenggam harapan untuk musik keroncong di Indonesia.
Tapi pencapaian artistik dalam wujud konserto saja ternyata tidak cukup. Karena konser sebesar ini (untuk musik keroncong) perlu didukung publikasi yang komprehensif, agar konser lebih memikiki viral.