TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai sutradara dan penulis nama H. Imam Tantowi salah satu penulis terkemuka.
Banyak karya film maupun sekenarionya menjadi melegend9a perfilman nasional, salah satunya Saur Sepuh 1-4, Karma Pala, Ira Maya dan Sepatu kaca, Ketika Cinta Bertasbi dan yang teranyar Tukang Bubur Naik Haji.
Sayang karyanya yang begitu tinggi nilainya banyak anak muda yang kurang mengenalnya. Berangkat sanalah Adisurya Abdy sebagai ketua Sinematek Indonesia menggagas pembuatan website Imam Tantowi.
"Imam Tantowi adalah satu penulis sekenario dan sutradara terbaik yang dimiliki Indonesia. Karyanya melegenda, jadi kami memandang perlu nama besar Imam Tantowi perlu makin dikenal luas khususnya anak-anak muda," ungkap Adisurya Abdy disela-sela peluncuran Webstite Imam Tantowi dan Rima Melati di Gedung Perpustakaan Nasional di Kawasan Salemba Jakarta Pusat, Senin (15/5/2017).
Imam Tantowi mengaku senang dibuatkan website oleh Perpustakaan Nasional dan Sinematek Indonesia.
"Saya senang dibuatkan website, minimal kalau saya nanti tidak produktif dan meninggal. Orang yang ingin cari referensi tentang saya, tidak repot-repot mewawancarai dan mencari saya," tutur penulis sekenario Film Ketika Cinta Bertasbih ini.
Sebagai penulis, pria asal Tegal Jawa tengah ini mengaku menulis cerita dengan hati dan penuh citra rasa tinggi dan membutuhkan waktu lama.
Tapi ditengah industri sinetron yang menuntut semuanya serba instan. Mau tidak mau dirinya kebawa arus tersebut.
"Tapi saya tetap menjaga idealisme dan kualitas." kata Imam Tantowi.
Untuk menjaga vitalitas Imam Tantowi sampai harus didoping suntik vitamin seminggu sekali.
"Kalau tidak di doping vitamin, saya tidak bisa menulis sepanjang 1500 episode lebih. Bayangin saya seharian di kamar untuk menulis keluar kamar hanya untuk sholat, makan dan buang air." urai Imam.